Perluasan lahan bukan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional. Perluasan lahan pertanian saat ini sulit dilakukan mengingat terbatasnya jumlah lahan. Pemerintah seharusnya fokus pada peningkatkan efisiensi lahan yang sudah ada, peningkatan kapasitas petani,?serta revitalisasi alat pertanian?dan pabrik-pabrik yang sudah tua.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Novani Karina Saputri, mengatakan, peningkatan kapasitas petani juga sangat erat kaitannya dengan tingkat efisiensi pada komoditas pangan yang panen. Indonesia memiliki tingkat efisiensi yang rendah pada proses pascapanen.
"Dari sekitar 57 juta ton padi yang dihasilkan, sekitar 8,5 juta ton-nya (15%) terbuang percuma dalam proses pascapanen," tutur Novani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Menurut Novani, hal ini diakibatkan berbagai faktor, seperti jauhnya rentang waktu antara panen dengan proses perontokan bulir padi (threshing); proses pengeringan yang masih tradisional (dijemur) dan belum menggunakan mesin. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam, masing-masing hanya kehilangan sekitar 319.000 ton (Malaysia), 3,9 juta ton (Thailand), dan 4,9 juta ton (Vietnam).
Selain itu, Novani mengatakan, pemerintah seharusnya meningkatkan kapasitas petani dengan memberikan penyuluhan dan bimbingan soal penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efisien dan pembaruan metode tanam.
?Penguasaan teknologi di kalangan petani juga belum menjadi sesuatu yang memasyarakat di kalangan mereka. Hal ini tentu membutuhkan waktu,? ungkap Novani.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi pangan bisa menjadi pilihan daripada hanya fokus pada satu jenis komoditas pangan saja. Namun, diversifikasi pangan tidak akan terwujud kalau pemerintah tetap menjadikan swasembada sebagai tujuan utama. Hal ini dikarenakan masyarakat akan memilih komoditas yang tersedia dalam jumlah banyak.
Penyediaan pangan, lanjut Novani, kini tidak hanya soal memenuhi kebutuhan masyarakat saja. Penyediaan pangan kini juga termasuk bagaimana menyediakan pangan yang bergizi untuk masyarakat dan menciptakan food supply chain yang sustainable untuk masyarakat.
Revitalisasi alat pertanian dan pabrik juga penting dilakukan karena hal ini sangat memengaruhi produktivitas pangan. Untuk itu, lanjut Novani, pemerintah seharusnya melakukan pemeriksaan dan perbaikan alat secara berkala untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan.
"Pabrik-pabrik, seperti pabrik gula, di Indonesia umumnya sudah berproduksi sejak zaman Belanda dan belum banyak direvitalisasi hingga kini," imbuh Novani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu