Teknologi digital membantu mengubah kehidupan dan juga aspek keuntungan para petani. Dari aplikasi ke teknologi blockchain di belakang bitcoin, petani menemukan cara baru dalam berbisnis.
Ambil Muhammed Adams, seorang petani kakao dari Sefwi Madina di daerah barat terpencil Ghana, yang telah menanam kakao dengan cara yang sama selama 25 tahun.
Selama beberapa tahun terakhir, Sistem Informasi Petani Olam (OFIS) yang dijalankan oleh raksasa komoditas Olam, telah membantunya menghasilkan lebih dari tiga kali lipat, dan mengurangi ketergantungan pada pestisida.
"Sebelum saya menerima rencana pengembangan pertanian OFIS saya, saya memanen tujuh kantong cokelat," ujar Adams, sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (3/7/2018).
"Tapi tahun lalu saya mengelola 25 tas berkat perubahan yang saya buat," tambahnya.
Teknologi Olam menempatkannya dalam kontak langsung dengan para penasihat. Ketika, misalnya, Adams memiliki wabah penyakit, dia belajar bahwa beralih ke bahan kimia bukanlah satu-satunya jawaban.
"Pelatihan yang saya terima menunjukkan pada saya bahwa saya tidak perlu menyemprotkan kakao saya begitu banyak dengan pestisida, menghemat banyak uang dan membantu saya menanam lebih banyak cokelat," ungkapnya.
"Teknologi ini benar-benar membantu membawa dunia lebih dekat kepada saya," tuturnya.
Ini adalah kisah yang menggembirakan, mengingat prediksi World Economic Forum bahwa produksi pangan harus meningkat 50-100 % pada tahun 2050 untuk mengimbangi pertumbuhan populasi. Tetapi dengan pertanian dalam krisis di banyak bagian dunia, dapatkah teknologi benar-benar membantu sektor pertanian memenuhi target yang tampaknya tidak layak ini?
Simon Brayn-Smith, kepala keberlanjutan kakao di Olam, berpikir demikian: "Kami benar-benar fokus pada inisiatif digital selama 18 bulan terakhir," tukasnya.
Aplikasi OFIS mengumpulkan data pertanian, dan menggunakan algoritma untuk membuat rekomendasi yang dipersonalisasi kepada petani tentang cara meningkatkan hasil panen mereka. Aplikasi Olam memungkinkan produk untuk dilacak ketika meninggalkan peternakan, dan petani dapat memeriksa harga kakao dan berdagang secara online, mencapai harga yang lebih baik untuk tanaman mereka.
Brayn-Smith mengatakan: "Olam Traceability adalah pembayaran digital diaktifkan, sehingga kita dapat membayar petani langsung ke dompet uang mobile mereka," ungkapnya.
"Dan Olam Direct, yang saat ini sedang diujicobakan di Indonesia, memungkinkan kami untuk menawarkan harga harian yang jauh lebih baik kepada petani di mana mereka dapat menjual, katakanlah, 50 kg kakao kepada kami langsung," tuturnya.
Namun masih ada jalan panjang sebelum petani kecil dapat memanfaatkan semua manfaat ekonomi digital.
Sebagian besar aplikasi Olam dapat dijalankan menggunakan perpesanan teks. Tapi "cakupan internet masih menjadi tantangan di beberapa bagian dunia, seperti membangun infrastruktur lokal sehingga petani dapat membeli pasokan secara digital," pungkas Brayn-Smith.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: