Harga minyak naik untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan, Kamis (26/7/2018) pagi WIB, setelah data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah domestik jatuh ke tingkat terendah sejak Februari 2015, mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan yang telah membebani pasar dalam beberapa pekan terakhir.
Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman September, bertambah 0,49 dolar AS atau 0,67%, menjadi menetap di 73,93 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 0,78 dolar AS atau 1,14%, menjadi ditutup pada 69,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Persediaan minyak mentah AS turun 6,1 juta barel dalam seminggu yang berakhir 20 Juli, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan, menjadi 404,9 juta barel, terendah sejak Februari 2015. Padahal para analis memperkirakan penurunan 2,3 juta barel.
Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 1,1 juta barel, EIA mengatakan, terendah sejak November 2014.
Stok bensin turun 2,3 juta barel, data EIA menunjukkan, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 713.000 barel. Sementara itu, stok bensin Midwest AS jatuh ke posisi terendah secara musiman sejak 2015.
"Permintaan produk yang lebih kuat melengkapi laporan yang mendukung, mendorong penarikan yang lumayan untuk stok bensin," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
Namun, kenaikan harga dibatasi setelah rilis data, karena mayoritas penarikan stok minyak mentah berada di wilayah Pantai Barat, yang juga dikenal sebagai PADD 5. Persediaan di wilayah ini turun paling banyak sejak Desember 2011.
Pasar biasanya mendiskon penarikan persediaan besar ketika mereka terkonsentrasi di Pantai Barat, kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York, karena konektivitas terbatas dari Pantai Barat ke area lainnya berarti itu "tidak begitu penting untuk situasi persediaan secara keseluruhan."
Harga juga didukung oleh laporan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang melonjaknya inflasi di Venezuela, menunjukkan kemampuan yang terbatas bagi negara itu untuk meningkatkan produksi minyak, kata Stephen Innes, seorang pedagang di broker OANDA.
"Produksi minyak Venezuela telah jatuh ke level terendah baru 30 tahun sebanyak 1,5 juta barel per hari pada Juni," katanya.
Harga minyak telah mengalami tekanan bulan ini karena perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta blok ekonomi utama lainnya, telah meningkatkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan permintaan energi yang lebih lemah.
Laporan bahwa Tiongkok akan meningkatkan belanja infrastruktur mengurangi beberapa kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan AS-Tiongkok akan melemahkan permintaan Tiongkok untuk minyak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: