Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sinar Kesetaraan Gender dari RAPP

        Sinar Kesetaraan Gender dari RAPP Kredit Foto: RAPP
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Permasalahan terkait ketimpangan gender masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang tak ada habisnya di dunia. World Economic Forum (WEF) dalam penelitian yang berjudul The Global Gender Gap Report 2017 mencatat jika perkembangan kesetaraan gender di dunia pada tahun 2017 mengalami tren penurunan. Tak bisa dipungkiri, masih banyak masyarakat di berbagai belahan dunia memandang perempuan lebih rendah dibandingkan dengan pria.

        The Global Gender Gap Report 2017 melakukan survei terhadap 144 negara yang ada di dunia. Hasilnya, nilai rata-rata kesetaraan gender masih berada di angka 0,680 poin atau 68% dari 1,00 poin atau 100% yang dijadikan patokan sebagai nilai sempurna. Islandia menjadi negara dengan nilai kesetaraan gender paling tinggi sebesar 0,87 poin atau sekitar 87%.

        Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Dalam penelitian ketimpangan gender disebutkan jika pada tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat ke-84 dari 114 negara dengan perolehan 0,69 poin atau 69%. Di kawasan Asia Tenggara, kesetaraan gender Indonesia masih di bawah Myanmar, Thailand, Vietnam, Singapura, dan bahkan Filipina yang berhasil menempati peringkat ke-10. Meski demikian, kesetaraan gender di Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Kamboja, dan Timor Leste.

        Di balik persoalan ketimpangan gender yang menggelayuti Indonesia, ternyata ada secercah sinar kesetaraan gender di Tanah Air. Adalah Mariani Damanik yang selama kurang lebih 15 tahun bekerja dalam sepi membuktikan diri mampu berprestasi di lingkungan kerja yang identik dengan pria. Saat ini ia menjadi Manager of Department Construction and Maintenance di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

        Perempuan lulusan Teknik Sipil Universitas Islam Medan tahun 1985 ini bercerita jika sejak dirinya bergabung di RAPP tidak pernah mengalami diskriminasi gender. Dimulai pada tahun 1992, ia mencoba peruntungan di PT Inti Indorayon Utama, salah satu perusahaan di bawah grup RAPP yang mengelola lahan di Porsea, Sumatera Utara. Ketika itu, ia menjadi satu- satunya wanita yang menjalani proses interview di antara sekian banyak laki-laki. Walaupun sempat pesimis tidak akan lolos tes, namun takdir berkata lain. Dirinya yang saat itu masih single lebih unggul dibandingkan dengan pesaing lain yang mayoritas laki-laki.

        "Jadi, saat itu hampir seluruh peserta interview adalah laki-laki dan peserta perempuan hanya saya seorang. Memang saat itu, lowongan untuk mengisi pekerjaan pembangunan pabrik rayon plant," tuturnya kepada Warta Ekonomi melalui sambungan telepon di Jakarta,?Selasa (31/7/2018).

        Sayangnya, pada tahun 1995 Mariani terpaksa meninggalkan pekerjaan karena harus memenuhi tugas sebagai seorang anak. Kala itu, orang tua Mariani mengalami sakit keras. Namun pada tahun 1997, Mariani kembali memutuskan untuk kembali berkarier.

        "Saya kembali bekerja di RAPP karena memang memiliki lingkungan kerja yang tidak membedakan gender," sebutnya.

        Pada tahun 1997, ia didapuk untuk mengelola lahan gambut seluas 80 ribu hektare di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. Ia bersama tim ditugaskan untuk membuka lahan guna dilakukan pembangunan infrastruktur penunjang seperti jalan, jembatan, rumah, dan fasilitas air bersih. Ia mengaku tak cukup tahu alasan dirinya dipercaya untuk mengemban tugas seberat itu. Ia menduga RAPP lebih mempertimbangkan kemampuan dan kompetensi seseorang karyawan dibandingkan dengan status gender.

        "Medan yang dihadapi memang cukup mengerikan karena harus berhadapan dengan lingkungan dan alam yang cukup berat," ungkapnya.

        Sebagai seorang wanita, ia mengakui jika untuk membangun karier tidak mudah. Seiring berjalan waktu ia harus membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Ia juga pernah mengalami momem berat ketika harus berhadapan dengan warga lokal yang belum terbiasa dengan penerapan disiplin dan target kerja. Ia menyaksikan ketika warga lokal yang terpancing amarah datang mengobrak-abrik kantornya. Beruntung, dengan dukungan penuh yang diberikan oleh RAPP terhadap karyawan, ia mampu melalui segala kesulitan yang dihadapi.

        "Saya merasa sangat beruntung. Saya merasa tidak ada hambatan. Kuncinya itu, prestasi," tegasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: