Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kendalikan CAD, Lebih dari 500 Komoditas Impor Akan Dibatasi

        Kendalikan CAD, Lebih dari 500 Komoditas Impor Akan Dibatasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Keuangan menyatakan pemerintah bakal membatasi lebih dari 500 komoditas impor baik untuk bahan baku, barang modal, maupun konsumsi yang masuk ke Indonesia. Pengendalian komoditas impor ini sebagai langkah pemerintah dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

        Untuk diketahui, defisit transaksi berjalan pada triwulan II02018 tercatat sebesar US$8,0 miliar (3,0% PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$5,7 miliar (2,2% PDB).

        "Jadi dalam sidang kabinet kita buat langkah-langkah untuk secara kredibel dan efektif mengurangi exposure eksternal untuk mengurangi impor. Kita sekarang gunakan instrumen fiskal untuk mengendalikan CAD," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (14/8/2018).

        Dia mengataka langkah-langkah dalam mengendalikan CAD yakni dengan melihat seluruh proyek-proyek pemerintah yang memiliki konten impor besar seperti Pertamina dan PLN untuk ditunda terlebih dahulu.

        Kemudian pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk menyisir impor barang modal. Lebih lanjut, Sri Mulyani juga akan berkordinasi dengan Kemendag untuk mengindentifikasi dan membatasi lebih dari 500 jenis komoditas impor yang seharusnya bisa diproduksi di dalam negeri.

        "Ini kita lakukan sebagai langkah-langkah mengendalikan impor. Dengan demikian impor itu menurun," ucapnya.

        Sementara instrumen pengendalian impor, katanya, bisa dilakukan dengan menaikkan tarif?PPh impor untuk komoditas-komoditas tersebut.

        "Namun akan kita cari komditas yang memiliki multiplier?kecil ke pertumbuhan ekonomi. Ini tugas menantang bagi kita karena kondisi global tidak sama maka respons policy kita berbeda," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: