Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Masalah Keamanan Jalur Transportasi Buat Pengusaha Sawit Riau Tekor

        Masalah Keamanan Jalur Transportasi Buat Pengusaha Sawit Riau Tekor Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Pekanbaru -

        Sebagai salah satu sentra perkebunan sawit di Indonesia, industri kelapa sawit di Provinsi Riau tak lepas dari persoalan klasik pada keamanan jalur logistik. Di provinsi ini, alur logistik pengangkut Crude Palm Oil (CPO) umumnya menuju pelabuhan yang ada di Dumai, dan mengarah ke lokasi pabrikan-pabrikan sawit.

        Menurut Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Riau, Ketut Sukarwa, keluhan pelaku usaha sawit di Riau memang cukup dominan di sektor transportasi. Ia menyebut persoalan pada alur pengangkutan ini ada pada penciutan (bekurang.red) beban muatan setibanya ditujuan.

        "Sebetulnya kalau pungli tidak jadi keluhan. Tapi "kencingnya" itu. Kan banyak tu, kita ngirim misalkan ke Dumai sampai di Dumai kadang-kadang tekor, hilang 100-200 kg. Walau disegel tetap hilang," jelasnya melalui sambungan seluler kepada Warta Ekonomi, Selasa (21/8/2018).

        Riau sendiri saat ini merupakan produsen sawit terbesar di Indonesia, dengan persentase mencapai lebih kurang 20% secara nasional. Adapun jumlah petani sawit di area ini menembus angka 500 ribu jiwa. Sejumlah perusahaan sawit kelas kakap juga beroperasi di daerah ini.

        Ketut menambahkan, solusi untuk meredam aksi itu (kencing tengah jalan) sempat beberapa kali dilakukan melalui razia. Hanya saja aksi semacam itu belakangan ini kurang lagi terdengar.

        "Banyak main dijalan. Yang transportir yang banyak ngeluh," sambungnya.

        Perihal alur logistik yang lain (pelabuhan), jelas Ketut, umumnya pengusaha sawit tidak terbebani. Hal tersebut lantaran tujuan pengiriman yang bisa dikatakan sama. Ia menyebut pengusaha sawit di Riau banyak memainkan peran sebagai penyuplai untuk perusahan-perusahan besar.

        "Kita jarang ngekspor langsung, cost-nya tinggi, sekali ngirim satu Tanki kapal berapa ribu ton berapa biayanya. Kita sebulan paling 2.500 ton. Sedangkan kapal itu kan isinya banyak. Nah kita justru jadi penyuplai untuk perusahaan eksportir, mereka ini punya pelabuhan sendiri," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Satria Kurnia
        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: