Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bukit Asam, Melesat Sambut Holding Pertambangan

        Bukit Asam, Melesat Sambut Holding Pertambangan Kredit Foto: Unsplash/Dominik Vanyi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan tambang Bukit Asam mengalami satu peristiwa besar jelang tutup tahun 2017 lalu. Perubahan status terjadi dari persero menjadi non-persero pada akhir November 2017. Perubahan tersebut senafas dengan masuknya perseroan dalam holding BUMN pertambangan. Perusahaan yang menginduk PT Inalum ini berubah nama menjadi PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

        Setelah menutup tahun 2017 dengan kinerja yang mengesankan bagi para shareholder, sampai dengan semester I tahun 2018 perseroan tetap mencatatkan kinerja yang baik. Tidak hanya PTBA yang mendapatkan "bonus" dari kenaikan harga batu bara di dunia. Tahun lalu memang tahun berkah besar bagi perusahaan tambang batu bara.

        Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, mengatakan pendapatan usaha perusahaan semester I sebesar Rp10,53 triliun, meningkat 17% bila dibandingkan dengan pendapatan semester I tahun 2017 yang sebesar Rp1,72 triliun. Laba bersih perseroan mengalami peningkatan signifikan 50%. Semester I tahun 2017 sebesar Rp1,72 triliun, sedangkan semester I tahun ini sebesar Rp2,58 triliun.

        "Pendapatan dari penjualan batu bara ekspor dengan negara tujuan utama, yaitu China, India, Thailand, Hong Kong, dan Kamboja, menjadi penyebab peningkatan nilai pendapatan usaha," kata Arviyan.

        Ekspor memang berkontribusi lebih besar dari pada penjualan batu bara di domestik. Sampai dengan semester I ini, penjualan batu bara ekspor menyokong 51% dari total pendapatan perusahaan. Pendapatan atas penjualan batu bara domestik sebesar 46% dan 3% berasal dari pendapatan lainnya seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, dan jasa sewa.

        Apabila melihat histori kinerja keuangan, PTBA menunjukkan tren kinerja yang terus tumbuh positif. Memang tahun 2017 menjadi titik tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pendapatan dan laba usaha naik signifikan tahun lalu. Namun, tantangan ke depan yang menyangkut harga masih harus diwaspadai karena ada kecenderungan fluktuatif.

        Perseroan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2001 ini mencatatkan sejumlah aktivitas korporasi yang besar. Pada tahun 2015, PTBA mengakuisisi PT Tabalong Prima Resources dengan sumber daya batu bara yang dimiliki sebanyak 292 juta ton dan cadangan sebanyak 109 juta ton. Proyek lainnya yang "keren" adalah dermaga batu bara dan pelabuhan curah terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 25 juta ton dan kapasitas sandar 210 ribu deadweight tonnage (DWT).

        Berdasarkan catatan yang diungkapkan dalam laporan tahunan, seiring dengan tergabungnya PTBA dalam holding BUMN pertambangan, perseroan difokuskan kepada upaya strategi dan diversifikasi. Dengan begitu, ke depannya perseroan tidak hanya lagi bergantung pada industri, tetapi hasil mineral lainnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Arif Hatta
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: