Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan ketegangan perdagangan utamanya antara AS dan China yang belum menemui titik damai dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global, khususnya di negara berkembang.
Dalam laporan Global Financial Stability, IMF mengatakan satu dekade setelah krisis 2008 telah menunjukkan kemajuan ekonomi di berbagai negara. Namun, adanya ketegangan perdagangan tersebut menimbulkan perekonomian yang tidak merata.
Ketegangan perdagangan tersebut turut mempengaruhi sentimen pasar dan menurunkan pertumbuhan ekonomi global. Bahkan proyeksinya terburuknya, ketegangan perdagangan dapat mematahkan kepercayaan diri para pembuat kebijakan di berbagai negara dalam menghadapi krisis keuangan.
"Ketegangan perdagangan telah muncul, lebih lanjut dapat merusak sentimen pasar, dan secara signifikan merusak pertumbuhan global. Dukungan multilateralisme telah memudar, hal ini dapat merusak kepercayaan pada kemampuan pembuat kebijakan untuk menanggapi krisis di masa depan," tulis laporan tersebut di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).
Namun demikian, pasar keuangan global dinilai masih tetap kuat menghadapi ketidakpastian global. Adapun langkah-langkah penguatan tetap diperlukan agar kondisi di pasar keuangan tetap kuat.
"Risiko tetap tinggi. Yang pasti, sistem keuangan hari ini lebih kuat daripada sebelum krisis keuangan global, berkat satu dekade reformasi dan pemulihan," ujar Financial Counsellor and Director of the Monetary and Capital Markets IMF, Tobias Adrian.
Salah satu langkah untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan global yakni reformasi regulasi di berbagai negara. Selain itu, diperlukan pengaturan dan pengawasan keuangan secara lebih proaktif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: