Australia Pertanyakan Bagaimana Dana Bantuannya Digunakan di Indonesia
Australia menjanjikan bantuan darurat $5,5 juta kepada Indonesia awal bulan ini di tengah gempa bumi dan tsunami yang menewaskan lebih dari 2.000 orang di Sulawesi Tengah dan membuat jutaan orang terlantar, tetapi janji itu telah memicu reaksi di sosial media atas bagaimana uang bantuan Australia untuk Indonesia dibelanjakan.
Beberapa warga Australia mengkritik pengeluaran militer Indonesia di Twitter dan media sosial lainnya, dengan mengatakan jika pengeluaran militer harus diambil dari anggaran militer negara itu, dan tidak disediakan oleh bantuan asing.
Posting lain mengatakan uang yang dijanjikan harus digunakan untuk menguntungkan warga Australia.
"Saya yakin Indonesia akan menerima uang kami sebelum petani kami mendapatkan timbal balik dari [mereka]," tulis salah satu pengguna Facebook, seperti dilansir dari ABC News, Kamis (18/10/2018).
"Mereka diberi 400 juta dolar (ya $400 juta), mereka langsung membeli helikopter militer beberapa bulan yang lalu," ujar posting lainnya pekan lalu.
Tapi sebuah Polling Lowy Institute dari tahun ini menunjukkan bahwa ada kesalahpahaman yang tersebar luas di kalangan masyarakat tentang bagaimana program bantuan luar negeri Australia dihabiskan di seluruh dunia.
Menurut Departemen Luar Negeri (DFAT), sebagai salah satu tetangga terdekat Australia, Indonesia telah menjadi penerima bantuan Australia, dengan menerima $359 juta pada tahun keuangan terakhir.
Sejak 2013, di bawah kepemimpinan mantan Perdana Menteri Tony Abbott, Badan Pembangunan Internasional Australia (AusAid) telah berhenti mengelola alokasi bantuan asing yang diintegrasikan kembali ke DFAT.
Menurut laporan terbaru DFAT tentang pengeluaran bantuan Indonesia, tujuan utama bantuan ini termasuk lembaga dan infrastruktur ekonomi yang efektif, pembangunan manusia, dan pemerintahan yang efektif.
DFAT menambahkan bahwa "bantuan pembangunan Australia mewakili kurang dari 0,3 persen dari pendapatan Pemerintah Indonesia".
Tetapi AidWatch, sebuah monitor bantuan internasional yang berbasis di Sydney, mengatakan kepada ABC bahwa sejak DFAT mengambil alih dari AusAid, fokus telah bergeser dari pembangunan ke investasi.
"Hal ini terutama ditujukan untuk pertumbuhan pribadi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk menguntungkan perusahaan Australia yang mengekspor ke Indonesia atau memproduksi di Indonesia," ujar kursi AidWatch James Goodman, dengan menambahkan bahwa itu juga digunakan sebagai sarana untuk memperkuat hubungan diplomatik.
"Jadi, bantuan sekarang sangat banyak didistribusikan untuk kepentingan nasional Australia," ujarnya.
Goodman mengatakan bantuan bantuan Australia kehilangan intinya, karena masalah utama di Indonesia bukan pertumbuhan ekonomi, melainkan ketidaksetaraan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: