Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi Imbau Warga Agar Tidak Mudah Dipanas-Panasi 'Kompor', Sindir Kubu Sebelah?

        Jokowi Imbau Warga Agar Tidak Mudah Dipanas-Panasi 'Kompor', Sindir Kubu Sebelah? Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
        Warta Ekonomi, Palembang -

        Presiden Joko Widodo berpesan kepada masyarakat agar jangan mudah dipanas-panasi "kompor" yang menggunakan hoaks dan isu-isu negatif pemecah-belah persatuan bangsa.

        Saat menyampaikan sambutan setelah menerima gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara, di Griya Agung, Palembang, Minggu pagi, dia mengatakan, "Saya kadang-kadang geleng-geleng ini satu kampung, satu RT atau RW, tidak saling menyapa gara-gara pilihan bupati, gubernur, atau presiden. Ada majelis taklim, gara-gara pilihan presiden tidak saling menyapa." Masyarakat setempat berduyun-duyun hadir pada gelaran itu, yang juga dihadiri Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.

        Padahal, kata Jokowi, pilihan bupati, gubernur, presiden, wali kota bukan saat ini saja atau rutin setiap lima tahun itu ada.

        "Kita ini saudara, sebangsa, dan se-Tanah Air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor, karena dipanas-panasi, dikompor-kompori jadi panas semuanya," katanya.

        Ia berpesan agar masyarakat menggunakan hati nurani dan pendapat masing-masing serta rasional dalam menentukan pilihannya.

        "Pilihan gubernur silakan pilih A, B, C, atau D kalau calonnya empat, yang bupati juga silakan pilih A, B, atau C. Tapi jangan sampai ada gesekan sekecil apapun, jangan sampai ada konflik," katanya.

        Jokowi kembali mengingat, Indonesia adalah negara besar dengan 714 suku dengan bahasa daerahnya juga berbeda-beda. Sementara bahasa daerah ada lebih dari 1.100 yang juga berbeda di berbagai wilayah.

        "Saya belajar di sini nanti pergi ke Jawa Barat, lupa lagi. Dari Jawa Barat pergi ke Sumut lupa lagi. Saya sering ingat misalnya seperti di Jawa Barat, setelah salam 'sampurasun'. Kemudian di Sumut ada 'horas', tapi saya pernah tiga kali keliru," katanya.

        Ia mengatakan, perbedaan itu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia yang harus disyukuri.

        "Sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi garis, bahwa kita ini bermacam-macam, berbeda-beda, dan berwarna-warni. Tapi kalau kita bisa menyatukan, ini akan menjadi aset terbesar, energi besar, bagi bangsa ini maju ke depan," katanya.

        Oleh karena itu, ia berpesan agar jangan sampai Indonesia maju secara teknologi tapi mundur secara kebudayaan.

        "Teknologi indonesia maju, tradisi, adat dan kebudayaan bangsa kita juga harus ikut maju," tegasnya.

        Dalam kesempatan yang sama, dia juga mengajak masyarakat adat Komering untuk berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kerukunan bangsa Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Clara Aprilia Sukandar

        Bagikan Artikel: