Anak-anak di pengungsian Desa Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Jumat (4/1) petang terlihat sumringah, tersenyum dan ceria.?Hari itu, sejumlah pihak menyalurkan bantuan yang mereka perlukan, yaitu tas sekolah beserta buku dan perlengkapan belajar.
Beberapa anak di pengungsian yang berada di kawasan perbukitan itu, seraya tersenyum langsung menyandang tas berisi buku dan perlengkapan yang mereka terima dan dibutuhkan untuk kembali bersekolah pada Senin (7/1) nanti.
Anak-anak pengungsi lainnya terlihat sedang belajar dan membaca. Selebihnya ada yang ikut bermain bersama tim pemulihan kondisi psikososial korban tsunami Selat Sunda (22/12-2018) di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel).
Keceriaan anak-anak itu masih tampak kendati berada di pengungsian, di tengah potensi ancaman menghadapi bencana alam sewaktu-waktu dapat terjadi di perairan Selat Sunda.?Mereka pun menyatakan ingin pulang ke rumah, sehingga bisa kembali bermain-main seperti biasa sekaligus menyiapkan diri untuk bersekolah lagi pada awal pekan depan.
Namun, saat harus bersekolah lagi, sejumlah sekolah yang berada di pinggir pantai kawasan pesisir selatan Kabupaten Lampung Selatan terdampak tsunami Selat Sunda mengalami kerusakan sehingga pada beberapa sekolah dasar setempat bangku dan meja semula berserakan terhempas tsunami, sebagian besar masih ditumpuk di luar kelas sekolah ini.
Beberapa sekolah seperti dua sekolah dasar negeri di pesisir ini terlihat mengalami kerusakan serius. Bisa jadi saat anak-anak korban tsunami itu harus bersekolah lagi, gedung sekolah yang ada belum bisa digunakan lagi.?Anak-anak pengungsi dari Pulau Sebesi, di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan yang ditempatkan di Lapangan Tenis Indoor, Kota Kalianda ingin segera kembali ke rumah mereka di Pulau Sebesi.
Saifudin, siswa kelas dua SMP Swadipa di Pulau Sebesi, saat ditemui mengaku ingin segera pulang ke rumahnya. "Saya ingin segera pulang ke rumah," kata Saifudin lagi.
Ia mengaku sudah merasa bosan terlalu lama mengungsi. "Meskipun di sini dicukupi dan diajak bermain, tapi lama-lama juga bosan," katanya lagi.
Riki, siswa kelas enam SD di Pulau Sebesi juga mengatakan ingin cepat pulang dan sudah merasa bosan berlama-lama mengungsi.?Kondisi Gunung Anak Krakatau yang terus menunjukkan aktivitas kegempaan dan letusan (erupsi) saat ini membuat Riki dan para pengungsi yang tinggal di pulau-pulau Selat Sunda, Lampung Selatan itu harus rela bertahan di tempat pengungsian sampai saat ini.
Sabihis (38), warga Dusun 1 Bangunan Pulau Sebesi menyatakan pula, dua anak-anaknya yang berumur 13 tahun dan satunya enam tahun pun merasa bosan tinggal lama di tempat pengungsian, "Anak-anak bosan juga, walaupun diberi trauma healing dan diajak bermain," ujarnya pula.
Ia hanya bisa berdoa semoga alam segera tenang, sehingga pemerintah bisa segera memulangkan warga Pulau Sebesi ke rumah masing-masing.
Selamat dari gelombang Musibah tsunami yang melanda perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam, menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Lampung Selatan (Lamsel).
Gelombang besar menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disebabkan longsoran sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau itu merenggut ratusan korban jiwa, ratusan orang luka-luka, dan tujuh orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Tsunami ini juga menyebabkan ratusan bangunan mengalami kerusakan dan sejumlah akses jalan sempat lumpuh total. Tak sedikit orang yang terombang-ambing di lautan hingga berkali-kali dihempas gelombang.
Wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa menjadi salah satu daerah yang paling parah terdampak tsunami. Banyak korban jiwa yang dievakuasi dari kawasan ini, namun tak sedikit dari mereka yang juga selamat dari terpaan gelombang besar.
Di antara orang-orang yang berhasil selamat dari tsunami tak terprediksi ini, salah satunya adalah Lita, gadis kecil berusia 11 tahun yang tinggal di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa.
Meski selamat, Lita harus dirujuk ke RSUD dr Abdul Moeloek Bandarlampung, setelah sempat mendapatkan perawatan selama dua hari di RSUD Bob Bazar di Kalianda, Lampung Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan Lamsel Jimmy Hutapea menjenguk Lita pascaoperasi Craniotomi. Lita dibawa ke RSUD Abdul Moeloek pada tanggal 25 Desember 2018. Lalu, pada tanggal 2 Januari 2019, Lita menjalani operasi Craniotomi (bagian kepala).
"Rabu (2/1) kemarin, sudah dioperasi. Saat ini kondisinya sudah sadar dan keadaan umum baik," ujar dr Jimmy, di sela menjenguk Lita di ruang Alamanda Lantai 4 RSUD Abdul Moeloek.
"Selain pakaian, kita juga sampaikan tali asih dari Plt Bupati dan Dinas Kesehatan sebesar Rp3 juta," kata Jimmy.
Kabid PAUD Dinas Pendidikan Lamsel Dicky Yuriki menyalurkan bantuan untuk Lita. Sedangkan Dinas Pendidikan Lamsel juga menyampaikan simpati kepada Lita, melalui Kepala Bidang PAUD Dicky Yuriki, Dinas Pendidikan Lamsel menyerahkan sejumlah bantuan.
Bantuan yang diberikan berupa boneka, pakaian, kasur, sarung, susu, makanan, mi seduh, dan air mineral. Berita tentang Lita sempat viral di media sosial. Kondisi Lita terbaring tak berdaya dirawat di RSUD Abdul Moeloek, Bandarlampung.
Akibat hempasan gelombang tsunami akhir pekan lalu ini, Lita dan orang tuanya harus rela kehilangan tempat tinggalnya.
Pengungsi Berkurang Pengungsi akibat tsunami Selat Sunda di pesisir selatan Lampung Selatan kini kian berkurang, sebagian telah kembali, namun sebagian lagi masih mengungsi ke tempat kerabatnya di tempat yang dirasakan lebih aman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: