Ekspor industri furnitur menunjukkan kinerja yang meningkat. Pada periode Januari-Oktober 2018, nilai pengapalan produk mebel dan kerajinan kayu nasional mencapai US$1,4 miliar atau naik 4,83% dari periode yang sama di 2017.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri furnitur termasuk yang mengalami catatan positif pada neraca perdagangannya. Pada Oktober 2018, sektor ini mencatatkan surplus sebesar US$99,1 juta.
"Kami bertekad untuk terus memacu kinerja ekspor furnitur. Apalagi dengan potensi bahan baku yang kita miliki, mengingat Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang memiliki hutan terluas di dunia dengan 46,46% wilayah Indonesia merupakan kawasan perhutanan," Kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/1/2019).
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan, antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, fasilitasi SVLK, promosi, dan pengembangan akses pasar. Selain itu, didukung penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten melalui pembangunan Politeknik Industri Furnitur di kawasan industri Kendal, Jawa Tengah.
Airlangga mengatakan, pembangunan fasiltas Politeknik Industri Furnitur bertujuan untuk mencetak tenaga kerja terampil yang bisa menghasilkan produk furnitur berdaya saing tinggi.
"Keberadaan politeknik ini harus bisa menjawab tantangan perkembangan industri dan tren pasar furnitur sekarang. Apalagi, industri furnitur merupakan sektor yang berbasis pada lifestyle,"?ucapnya.
Sekadar informasi, pembangunan politeknik ini merupakan salah satu tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Menteri Perindustrian Airlangga dan Menteri Pendidikan Tinggi dan Keterampilan Singapura, Ong Ye Kung dalam kegiatan Leader?s Retreat pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik RI-Singapura.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti