Hampir 9 Tahun Mengaspal, Bagaimana Perjuangan Go-Jek Sejak Awal?
Sejak berdiri pada 2010 lalu, perusahaan teknologi Go-Jek telah menyediakan layanan di 178 kota di Indonesia, dengan 1 juta mitra pengemudi dan 300 ribu mitra UMKM. Bahkan, mereka telah berekspansi ke Vietnam, Singapura, dan Thailand. Di balik kesuksesan itu, ada lika-liku yang harus ditempuh oleh Nadiem Makarim dan kawan-kawannya. Ingin tahu bagaimana kisah Go-Jek dalam meraih keberhasilannya?
Beberapa waktu lalu, pengemudi pertama Go-Jek membagikan cerita mengenai perkembangan Go-Jek kepada Warta Ekonomi. Pengemudi dengan nomor registrasi 001 itu bernama Mulyono.
"2010 saya tidak percaya saat Pak Nadiem bilang Go-Jek akan dikenal di seluruh Indonesia. Menurut saya, omongan dia tidak waras karena dulu kantor Go-Jek hanya garasi rumah berukuran 5x7 meter di Jalan Kerinci dekat Pasar Mayestik. Timnya juga baru?tiga orang, call center, IT, sama manajemen," cerita Mulyono, Sabtu (12/1/2019).
Saat Mulyono bergabung dengan Go-Jek, pesanan dari pelanggan masih diperantarai oleh narahubung Go-Jek. Jadi, bila ada pesanan masuk, narahubung akan menelepon pengemudi dan meminta tolong agar mengambil pesanan penumpang.
Pria berusia 52 tahun itu menuturkan, "Dulu pengemudinya masih sedikit, pesanan diberitahukan lewat telepon oleh call center. Radius pesanan paling dekat itu 7 sampai 8 km, misal saya di Kebayoran Baru itu bisa ambil Go-Ride ke Pasar Minggu."
Dalam sehari, pesanan yang bisa didapatkan mencapai?lima hingga?enam dengan tarif terendah di kisaran Rp19-Rp21 ribu. Sementara tarif per kilometer Go-Jek pada tahun itu masih senilai Rp3 ribu.
"Tarif per kilo itu Rp3 ribu. Sistem pembagiannya itu 35% kantor, 65% pengemudi. Waktu itu kan saya ojek pangkalan (opang) juga, harus menunggu orang yang mau pakai ojek. Dari Go-Jek bisa menambah pendapatan sebagai opang," tutur Mulyono.
Saat awal bergabung pun, terdapat layanan memilih pengemudi di Go-Jek. Karena layanan itu, pria kelahiran Sragen itu jadi sering mengantar jemput Pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim. Ia pun terinspirasi oleh pola pikir CEO-nya.
"Anak saya yang paling kecil, umurnya 2 tahun, saya namakan Nadiem Saputra karena terinspirasi pola pikir Pak Nadiem. Dulu pas masih bisa request driver, sering antar Pak Nadiem, bisa?dua kali sehari. Soalnya, ia sukanya ke mana-mana naik motor," kenang Mulyono.
Menjadi bagian dari Go-Jek sejak awal, menumbuhkan rasa memiliki di hati Mulyono. Karena itu, ia berharap perusahaan teknologi itu bisa semakin berkembang, serta hubungan antara manajemen dengan mitra terus terjaga, dan manajemen semakin memperhatikan mitranya dari segala sisi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: