Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Fadli Tak Takut Kaum Santri Tinggalkan Prabowo-Sandi

        Fadli Tak Takut Kaum Santri Tinggalkan Prabowo-Sandi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Massa Aliansi Santri Membela Kiai (Asmak) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengancam akan membuat jeblok suara paslon yang didukung Fadli Zon di Pilpres 2019 karena tak mau minta maaf soal puisi 'Doa yang Ditukar'.

        Fadli meminta, agar puisinya itu tak jadi 'gorengan' politik. Meski begitu ia mengaku tak khawatir Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bakal ditinggalkan kaum santri. Sebab, banyak ulama dan santri yang setia mendukung.

        "Nggak usah digoreng-goreng. Saya juga tahu siapa di belakangnya," ujar Fadli di Jakarta, Selasa (12/2/2019).

        Baca Juga: Ngakak! Fadli Zon Kurang Kerjaan, Masalah Mic Jokowi Dikomentari

        "Nggak ada (khawatir). Santri-santri dan para ulama banyak. Pak Prabowo ini hasil Ijtimak Ulama. Itu diplesetkan saja (puisinya)," sambungnya.

        Fadli pun tak takut dengan ancaman yang dilontarkan massa santri di Kudus itu. Sebab baginya tiap warga negara punya hak berpendapat.

        Baca Juga: Kubu Prabowo Sebut Tarif Tol Indonesia Mahal, Menteri PUPR Bereaksi

        "Ya, silakan aja. Kita kan punya hak juga untuk berpendapat. Tapi kalau itu dikatakan untuk Mbah Moen ya, jangan diplesetkan. Kita juga bisa menggunggat orang-orang yang memplesetkan itu. Kan saya difitnah seolah-olah membicarakan itu. Tapi kan untuk apa ya, capek kita," terangnya.

        Baca Juga: Dukungan Prabowo di Ruang Sidang PBB, Karding: Bikin Malu

        Sebelumnya, Fadli enggan minta maaf soal puisi 'Doa yang Ditukar'. Massa Asmak Kabupaten Kudus mengancam akan membuat jeblok perolehan suara Prabowo-Sandiaga, paslon yang didukung Fadli di Pilpres.

        Kelompok Asmak ini pernah menggelar aksi di Alun-alun Kudus, Jumat (8/2/2019) lalu, menuntut Fadli Zon meminta maaf atas puisi yang dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimoen Zubair (Mbah Moen).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Irfan Mualim
        Editor: Irfan Mualim

        Bagikan Artikel: