Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Doa Neno Puncak Kebohongan Kubu Prabowo

        Doa Neno Puncak Kebohongan Kubu Prabowo Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi PKB Lukman Edy menilai, puisi doa Neno Warisman dalam acara Munajat 212 merupakan puncak kebohongan yang dilakukan kubu capres-cawapres nomor urut 02.

        "Doa sesat Neno Warisman adalah puncak dari kebohongan yang dibangun," kata Lukman Edy dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (23/2/2019).

        Lukman mengatakan, puisi doa Neno Warisman, yang merupakan bagian tim sukses Prabowo-Sandi, tidak lagi menyasar umat Islam, tapi bangsa Indonesia atau berupaya mendelegitimasi KPU.

        Puisi doa yang berisi kebohongan itu, menurutnya, disodorkan kepada Allah SWT. "Ini diluar batas orang normal, diluar kebiasaan akal sehat," katanya.

        Wakil Direktur Bidang Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu mengatakan, dalam puisi doanya, Neno menyatakan tidak akan ada lagi orang menyembah Allah SWT jika Jokowi menang.

        "Dia tidak pantas mengucapkan doa itu, apalagi hanya untuk sebuah tujuan menang pemilu. Ini adalah kebohongan dan hoaks kepada Maha Pencipta, Allah SWT," tegasnya.

        Lukman mengingatkan sebelumnya kubu Prabowo telah berulang kali melakukan kebohongan. Misalnya, dengan mendesain ijtima ulama dan menggiring opini umat Islam, dengan cara mengatakan Prabowo akan menggandeng beberapa ulama populer sebagai calon pasangannya. Namun faktanya, Prabowo malah menggandeng Sandiaga Uno dengan pertimbangan memiliki dana kampanye yang melimpah, serta belakangan menyatakan Sandiaga adalah ulama milenial.

        Selain itu, kata dia, kubu Prabowo melalui Ratna Sarumpaet juga berbohong menciptakan dramatisasi operasi plastik untuk membuat hoaks soal kriminalisasi.

        Baca Juga: Ratna Sarumpaet Bakal Disidangkan, Majelis Hakim Sudah 'Fix'

        Kemudian kubu Prabowo juga kerap berupaya mengkriminalisasi KPU dengan berbagai tudingan seperti soal DPT ganda, kotak suara kardus, temuan kontainer surat suara tercoblos, hingga tudingan soal penyelenggaraan debat capres yang berpihak.

        Baca Juga: Neno Bukan Fanatik Agama, TKN Membela?

        "Sasaran mereka menggertak KPU dan membangun opini bahwa KPU tidak profesional, penuh kecurangan, tidak independen, tidak netral, dan pantas untuk ditolak hasil pemilunya kalau Joko Widodo yang menang," kata Lukman.?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: