Penyedia layanan telekomunikasi di MRT Jakarta, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp4,32 triliun dan Rp3,72 triliun untuk periode 2018. Margin EBITDA perseroan meningkat menjadi 86,1% untuk 2018. Jika hasil triwulan keempat 2018 disetahunkan, maka total pendapatan perseroan mencapai Rp4,60 triliun dan EBITDA mencapai Rp3,95 miliar.
Per 31 Desember 2018, TBIG memiliki 25.518 penyewaan dan 15.091 site telekomunikasi. Site telekomunikasi yang dimiliki terdiri dari 15.032 menara telekomunikasi dan 59 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 25.459, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,69.
"Kami menambah 3.732 penyewaan gross yang terdiri dari 2.005 site telekomunikasi dan 1.727 kolokasi. Kami melihat pertumbuhan organik yang sangat kuat di 2018 dengan adanya penambahan 2.612 penyewaan organik gross. Kami juga mengambil alih dua perusahaan, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) dan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD). Kedua akuisisi ini menambah 1.120 penyewaan dan 859 site telekomunikasi ke portofolio kami," kata Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, dalam siaran persnya.
Baca Juga: Sah! TBIG Akuisisi 50,43% Saham Gihon Telekomunikasi
"Kami sudah mengonsolidasi GHON ke dalam laporan keuangan kami efektif sejak1 Oktober 2018, sementara GOLD diakuisisi pada akhir Desember 2018 sehingga dampak keuangan secara penuh atas akuisisi ini baru dapat terlihat di laporan keuangan triwulan pertama 2019. Selain itu, penambahan net penyewaan dari grup lebih rendah untuk 2018, terutama disebabkan oleh penghentian penyewaan dari Internux (Bolt) di akhir Desember 2018," tambah Hardi.
Per 31 Desember 2018, total pinjaman (debt) perseroan dalam dolar Amerika sebesar Rp20.452 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp13.263 miliar. Dengan saldo kas Rp221 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp20,23 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) menjadi Rp13,04 triliun.
Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG berkata, "Kami mematuhi strategi konservatif kami untuk melindungi nilai seluruh utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang sehingga pergerakan dalam rupiah akhir-akhir ini tidak memiliki dampak negatif pada bisnis atau keuangan kami."
Baca Juga: TBIG Hargai Tender Offer Saham Milik Gold Rp556 Per Saham
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: