Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berdikusi melalui telepon selama lebih dari satu jam pada hari Jumat. Kedua pemimpin ini membahas kemungkinan pembuatan perjanjian nuklir baru, denuklirisasi Korea Utara, masalah Ukraina dan krisis politik di Venezuela.
"Melakukan pembicaraan yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Putin dari Rusia," tulis Trump di Twitter yang dikutip dari akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, Sabtu (4/5/2019).
Baca Juga: Kritik Pakar Australia: Prabowo Dibilang Trumpian
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kepada wartawan bahwa percakapan telepon tersebut secara keseluruhan merupakan percakapan positif.
Sanders mengatakan kedua presiden secara singkat berbicara tentang laporan investigasi Jaksa Khusus Robert Mueller yang menyimpulkan bahwa Trump tidak berkolusi dengan Rusia selama kampanye kepresidenannya 2016.
"Diskusi investigasi Mueller pada dasarnya dalam konteks itu sudah berakhir dan tidak ada kolusi, yang saya cukup yakin kedua pemimpin sangat menyadari jauh sebelum panggilan (telepon) ini terjadi," kata Sanders.
Kremlin mengonfirmasi kedua pemimpin berbicara dan menyoroti bahwa panggilan telepon itu diprakarsai oleh Washington.
Venezuela
Amerika Serikat khawatir tentang kehadiran militer Rusia di Venezuela pada saat Washington ingin Presiden Venezuela Nicolas Maduro lengser. Trump mengatakan kepada Putin soal sikap Washington terkait krisis politik di negara Amerika Latin tersebut. "Amerika Serikat mendukung rakyat Venezuela dan menekankan ia (Trump) ingin pasokan bantuan masuk ke negara tersebut," kata Sanders.
Sedangkan Putin, menurut Kremlin, mengatakan kepada Trump bahwa setiap gangguan eksternal dalam urusan internal Venezuela merusak prospek akhir krisis politik di negara itu.
Baca Juga: Ivanka Trump Tolak Tawaran Ayahnya Jadi Kepala Bank Dunia, Karena...
Perjanjian Nuklir
Sanders mengatakan kepada wartawan bahwa Trump dan Putin berbicara tentang kemungkinan dibuat perjanjian nuklir multilateral baru antara AS, Rusia dan China, atau perpanjangan dari perjanjian nuklir strategis AS-Rusia saat ini.
Sanders tidak mengungkap perjanjian senjata nuklir mana yang dibahas Putin dan Trump. Namun, kantor berita negara Rusia, TASS, melaporkan bahwa mereka berbicara tentang perjanjian New START Baru, sebuah perjanjian kontrol senjata nuklir yang tersisa antara Moskow dan Washington.
Perjanjian New START 2011 akan berakhir pada Februari 2021, tetapi dapat diperpanjang selama lima tahun jika kedua belah pihak setuju. Tanpa kesepakatan, akan lebih sulit untuk mengukur niat satu sama lain.
Perjanjian New START mengharuskan AS dan Rusia untuk memangkas jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkannya tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir. Perjanjian ini juga mencakup langkah-langkah transparansi luas yang mengharuskan masing-masing pihak untuk memungkinkan pihak lain melakukan 10 inspeksi pangkalan nuklir strategis setiap tahun.
Trump menyebut perjanjian New START Baru sebagai kesepakatan buruk dan sepihak. "Mereka membahas perjanjian nuklir, baik yang baru maupun yang diperluas, dan kemungkinan melakukan pembicaraan dengan China juga," kata Sanders, dikutip Al Jazeera, Sabtu (4/5/2019).?
Ukraina
Dalam percakapan telepon, Trump dan Putin turut membahas Ukraina. Trump membatalkan pertemuan puncak dengan Putin akhir tahun lalu setelah Rusia menangkap tiga kapal Angkatan Laut Ukraina pada 25 November dan menangkap 24 pelaut Kiev. Putin juga mengatakan kepada Trump bahwa kepemimpinan baru di Ukraina harus mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan krisis di negara itu.
Korea Utara
Trump mengangkat masalah senjata nuklir Korea Utara dengan Putin dalam percakapan telepon.Trump telah dua kali bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tetapi Kim belum menyetujui kesepakatan pelucutan senjata.
Sanders mengatakan Trump menyebutkan beberapa kali kebutuhan dan pentingnya Rusia meningkatkan dan terus menekan Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi. Sedangkan Kremlin mengatakan kedua pemimpin menyoroti perlunya mengejar denuklirisasi kawasan semenanjung Korea.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: