"Segala perairan di sekeliling dan di antara pulau-pulau di Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daratan dan berada di bawah kedaulatan Indonesia."- Perdana Menteri Djuanda, Deklarasi Djuanda 1957.
Mengingat Presiden Jokowi tak ubahnya terbayangkan sosok Presiden Soekarno. Bersama Ir Djuanda, dia menancapkan "Cakar Macan Asia" di "Jantung Dunia" melalui Deklarasi Djuanda 1957. Ungkapan itu tidak berlebihan mengingat dilakukan oleh bangsa yang baru saja merdeka dan masih bergulat demi mencukupi kebutuhan dalam negeri di tengah ancaman kekuatan global yang menolak gagasan tersebut, terutama negara bekas penjajah terlama negeri ini: Belanda, yang memang kapalnya masih sering hilir mudik di laut Jawa.
Sejak cakar tersebut ditancapkan serangan bertubi mengarah pada republik ini, namun bukan cucu seorang nenek moyang pelaut tangguh jika menyerah begitu saja. Presiden Soekarno beserta jajaran segera bergerilya untuk mengamankan teritorial Nusantara di segala lini dan memakan banyak korban, termasuk karamnya Macan Tutul di Laut Aru bersama tuannya, seorang pelaut sejati Komodor Yos Soedarso.
Perjuangan belanjut dan membuahkan hasil, dunia mengakui wilayah laut Nusantara melalui United Nations Convention on the Law of The Sea atau UNCLOS III 1982 (archipelagic state principles).? Beratnya perjuangan berbanding lurus dengan besarnya potensi yang didapat, Indonesia disebut sebagai geo atau posisi silang dunia. Sebuah letak posisi geografi yang sangat strategis di dunia, berada di antara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua samudera (Hindia dan Pasifik), jika ditarik masing-masing garis akan membentuk persilangan di peta Indonesia.
Bukan sekadar angan-angan, nyatanya lebih dari 60% dari total perdagangan dunia melalui Laut Indonesia, yaitu melalui selat Malaka, selat Makassar, selat Sunda, dan selat Lombok. Setidaknya 70.000 kapal perdagangan tiap tahun melintasi empat selat tersebut dengan nilai mencapai US$5,3 triliun. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Indonesia terletak di jantung dunia.
Keberanian nampaknya memang melekat dalam diri Presiden RI, Presiden Jokowi lima tahun lalu menggaungkan sebuah gagasan yang sudah lama tenggelam. Menjadi poros maritim dunia adalah bangsa yang memiliki Cakrawati Samudera, yaitu bangsa yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang laut itu sendiri.
Saat itulah maka kejayaan maritim Indonesia sebagai poros maritim dunia telah terwujud. Bila fakta dan data menunjukan demikian, masih pantaskah percaya bahwa menjadi poros maritim dunia?itu hanya ilusi Presiden Jokowi?
Jawabannya adalah kini jangkar pesiar yang kokoh telah tertancap di samudera nusantara setelah hampir lima tahun bekerja. Rakyat bagaikan terlepas dahaganya setelah sekian lama menahan rindu kedigjayaan negara di luasnya samudera dan Indonesia semakin siap untuk menjemput takdir menuju poros maritim dunia.
Solusi Jokowi
Gong dari jangkar kemaritiman nasional ditabuh bersamaan dengan suara dentuman kapal asing pencuri ikan diledakkan, menandakan kesiapan angkatan laut menjaga teritorial nusantara. Keamanan jalur perdagangan semakin vital dalam politik dunia, angkatan laut dapat memainkan peranannya untuk membantu Indonesia menjaga hubungan politik yang baik dengan negara-negara yang berkepentingan melewati perairan dan yang berbatasan dengan Indonesia.
Sebagaimana telah berhasil dibuktikan oleh Sriwijaya dan Majapahit. Dengan angkatan laut yang kuat, Sriwijaya dan Majapahit mampu mempertahankan kedaulatan dan menjaga hubungan baik dengan mitra dagang melalui perlindungan pelayan perdagangan, menjamin dan menjaga stabilitas perdagangan.
Namun, harus diingat bahwa standardisasinya untuk menjadi negara maritim yang besar dan kuat bukan hanya dengan kuatnya armada, melainkan kelihaian memainkan diplomasi maritim menjadi kunci keberhasilan dalam mengontrol perdagangan dunia. Angkatan Laut Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit pada saat itu mampu menciptakan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Manfaatnya selain bagi keuntungan ekonomi, juga mendorong kedigdayaan politik melalui kewibawaan yang terbangun di mata pesaing-pesaing Sriwijaya dan Majapahit.
Jangkauan luasnya wilayah yang selama ini menjadi kendala distribusi di Indonesia ditemukan solusinya oleh Jokowi. Tol laut menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah membangun konektivitas antarpulau. Kemenhub merilis data setikdanya pada 2018 telah terdapat 113 trayek kapal perintis dan 18 trayek untuk tol laut dengan kapasitas sekitar 20 juta TEUs. Nasib nelayan pun diperhatikan dengan adanya Bank Mikro Nelayan serta penyediaan akses bahan bakar nelayan yang mampu menghemat biaya operasional nelayan hingga 40%.
Mengenjot kemajuan industri tidak selalu berarti merusak alam, Presiden Jokowi menunjukkan komitmennya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan semakin meningkatnya kawasan konservasi perairan laut hingga sekitar 20 juta hektare. Pemerintah juga berpikir ke depan untuk selalu menjaga regenerasi para nelayan 49% siswa dari Sekolah Umum Perikanan Menengah (SUPM) Negeri adalah anak nelayan dan meningkatkan konsumsi ikan nasional agar anak Indonesia semakin cerdas. Kecintaan terhadap laut terus dipupuk bagi generasi muda bangsa melalui berbagai kegiatan seperti ekspedisi nusantara jaya yang pesertanya telah mencapai puluhan ribu.
Saya turut mendukung kerja nyata yang telah dilakukan Jokowi, sejak lima tahun lalu kami telah hadir memperbaiki kehidupan para nelayan. Melalui program Lentera Pesisir, kami menyisir pesisir utara Pulau Jawa dengan memberikan pendidikan secara gratis kepada para putra-putri bangsa yang hidup di pesisir dan kurang mendapat kesempatan untuk mengakses pendidikan yang layak.
Besar harapan kami bahwa para anak nelayan ini ke depannya akan menjadi anak yang cerdas dan menjadi tumpuan bangsa, bukan untuk meninggalkan pesisir tempat mereka dilahirkan, bukan pula dididik untuk meninggalkan meninggalkan laut tempat mereka dibesarkan. Lebih dari itu harapan kami dengan mendidik mereka adalah agar menjadi penopang utama kekuatan maritim nasional, ke depannya mereka adalah penguasa industri keluatan nasional, penguasa industri perikanan nasional, penguasa industri pelayaran dunia, dan mereka adalah fondasi kokoh Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Berbicara tentang nelayan, artinya kita berbicara tentang ratusan ribu rakyat Indonesia yang bergerak dalam level ekonomi mikro. Mereka tidak membicarakan ekonomi poros maritim apalagi perekonomian global, bagi mereka yan terpenting adalah asap dapur yang terus mengepul, tinta yang terus terisi agar tetap bisa menulis, serta susu agar si kecil tidak terus menangis.
Sepenuhnya kami saya sadar dan turut merasakan hal itu karena saya lahir dari keluarga pinggiran di kota pesisir kecil di utara Pulau Jawa, Pati. Kami hadir untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan para nelayan dengan menyediakan bantuan modal untuk pembelian dan perawatan peralatan melaut serta untuk menjamin kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi melalui koperasi. Saat ini telah banyak koperasi yang kita dirikan di lingkungan para nelayan dan akan terus kami kembangkan hingga menyetuh nelayan-nelayan kecil di setiap jengkal bumi pertiwi.
Saya memiliki keyakinan bahwa nelayan ini perlu pencerdasan agar kelautan Indonesia semakin berkembang dan siap menjadi poros maritim dunia. Untuk itu, bersama Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), kami hadir ke tiap-tiap lingkungan dan komunitas nelayan untuk berdiskusi, mendengarkan keluh dan kesah mereka dan memberi pendampingan dan bantuan sesuai kebutuhan dan kemampuan. Ini semua kami lakukan karena kami tahu bahwa potensi yang besar Indonesia harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Potensi
Tentu pencapaian di atas masih dapat ditingkatkan secara massif dan berkelanjutan. Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat industri global mengingat analisis dari United Nation Conference on the Trade and Development?(UNCTAD) bahwa akan terjadi perubahan paradigma dalam perdagangan dunia.
Berdasarkan value chain analysist antarindustri, pengusaha industri yang semula menghasilkan barang jadi di negaranya masing-masing, cenderung tidak lagi. Pengusaha memilih menempatkan industri komponen dan perakitan di lokasi-lokasi strategis di "pertengahan jalan" dan "perempatan jalan", artinya Indonesia bisa menjadi pusat industri dunia.
Data lain menyebutkan perkembangan pembuatan kapal komersial dunia semakin besar setiap tahunnya, panjangnya mencapai 500 meter. Sehingga untuk memanfaatkan segala potensi perlu menyiapkan segala infrastrukur seperti pelabuhan-pelabuhan internasional di sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
Sekti
Saya menawarkan konsep Sekti (Sistem Ekonomi Kelautan Terintegrasi) sebagai solusi meraih kejayaan maritim nasional. Berdasar pada pengalaman saya di dunia kemaritiman yang mengawali karier bermodalkan Rp10 juta hingga berhasil memiliki perusahaan perikanan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) di usia 34 tahun, jiwa muda saya selalu merasa gelisah atas realita yang terjadi antara potensi dan kesejahteraan negeri, karenanya terlahirlah konsep Sekti.
Kata Sekti sendiri berasal dari bahasa Jawa "sekti" yang berarti "sakti", harapannya akan menjadi "senjata ampuh" yang bisa melindungi kepentingan ekonomi kelautan dari seluruh aspek yang ada di seluruh Indonesia.
Tujuannya untuk memberikan keuntungan sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, tidak hanya masyarakat pesisir atau kaum nelayan, melainkan seluruh rakyat Indonsesia serta menjaga kedaulatan kesatuan NKRI agar lebih solid, tidak mudah terpecah-belah, dan sekaligus menunjukan wibawa Indonesia sebagai negara kelautan yang memiliki jati diri harkat dan martabat bangsa yang berdaulat dan mandiri, yaitu bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri (Berdikari).
Sekti akan mengakumulasi dari seluruh luas wilayah laut Indonesia berdasarkan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai, yakni dengan melakukan pendataan setiap jenis kapal yang masuk di laut Indonesia dimulai dari gerbang awal masuknya, transit maupun keluarnya, baik kapal lokal, naional, atau pun internasional dengan seluruh kelengkapan atribut kapal.
Pendataan meliputi jenis data kapal, termasuk jumlah penumpang yang ada di dalam kapal, tujuan berlayar, berapa hari berlayar, dan segala atribut termasuk semua kepentingan berlayar, dan semua variabel berdasarkan jenis kapal. Khusus untuk kapal ikan hanya dibolehkan bongkar muatan di gerbang terakhir yang dilengkapi dengan TPI (Tempat Pelelangan Ikan), di mana transaksi yang dilakukan menggunakan jasa perbankan sehingga dapat diketahui besarnya nilai transaksi dan pajak yang harus dibayarkan.
Setelah semua data dimiliki dan semua transaksi tersistem dan masuk sebagai data utama, maka semua pihak atau instansi pemerintah yang berkepentingan bisa mengakses data tersebut sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk menjaga kedaulatan NKRI. Semua tahap perencanaan telah saya siapkan dan program tol laut dari Presiden Jokowi merupakan implementasi nyata dari tahap awal Sekti.
Untuk menjemput kejayaan Indonesia di masa mendatang sebagai poros maritim dunia diperlukan keberanian, visi besar, tekad dan tenaga yang tidak kenal lelah dan semangat telah dimiliki Presiden Jokowi. Namun, Presiden Jokowi tentu membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia dan memerlukan tim yang memahami keinginannya dengan visi besarnya serta siap bekerja keras.
Visi besar Presiden Jokowi memerlukan semangat muda yang ikhlas bekerja yang belum terlihat selama ini. Optimisme Presiden Jokowi di periode keduanya memimpin negeri perlu didukung oleh para anak muda yang berintegritas dan memiliki kapasitas dan akan terhambat jika generasi tua kembali menjadi ujung tombak di bidang kelautan. Karena anak muda adalah gudang ide, barak keberanian, lautan peluh, lambang masa depan yang gemilang, dan kandang dari keteguhan dalam berjuang, laksana Komodor Laut Yos Soedarso.
Renungan
Patut menjadi renungan kita bersama bahwa Deklarasi Djuanda merupakan satu di antara tiga tiang utama kesatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu pertama, kesatuan kejiwaan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kedua, kesatuan kenegaraan dalam NKRI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Ketiga, kesatuan kewilayahan (darat, laut, udara, dan kekayaan alam) yang dideklarasikan oleh Perdana Menteri Ir H Djuanda pada 13 Desember 1957.
Tugas pembantu presiden bidang kelautan di masa mendatang sepantasnya mulai menancapkan 'jangkar-jangkar' lain dalam setiap sendi kehidupan maritim nasional sehingga potensi yang besar itu dapat dirasakan demi kedigjayaan Indonesia dan mewujudkan visi Presiden Jokowi menjadi poros maritim dunia dalam bingkai baru Meneruskan Jalan Perubahan untuk Indonesia Maju: Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Tidak hanya disibukkan dengan citra melalui event dan media saja.
"Ini menjadi kesempatan bagi nelayan-nelayan kita untuk memanfaatkan sumber daya laut, ikan-ikan, agar mereka bisa lebih sejahtera." - Presiden Jokowi dalam debat keempat Calon Presiden RI 2019.
Penulis: Witjaksono (entrepreneur)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: