Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tergerak oleh Perkembangan Pesat Pasar dan Industri

        Tergerak oleh Perkembangan Pesat Pasar dan Industri Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Digital diaspora satu ini bernama Herman Widjaja, VP of Engineering di Tokopedia. Sejak lulus SMA, Herman melanjutkan studi program studi electrical engineering di Monash University dan sempat mengambil program internship maupun sebagai full-time employee di beberapa perusahaan seperti CSIRO, Motorola, Yulan Internasional, AEMO dan Alinta.

        Tujuh tahun di sana (1998-2005), ia melanjutkan kariernya ke kota Seattle dan Silicon Valley, Amerika Serikat. Selama 13 tahun di sana, ia sudah mengenyam berbagai pengalaman di perusahaan teknologi seperti Microsoft, Amazon, Facebook, dan Google.

        Baru sejak 1,5 tahun lalu ia akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan tepatnya pada Mei 2018 bergabung dengan Tokopedia. Alasan ia mau pulang karena perkembangan pasar dan industri di bidang teknologi yang sangat pesat dan pada saat bersamaan Indonesia kekurangan digital talent utamanya leader yang pernah terkespos pengalaman dari luar.

        Saat ini, berbeda dengan saat lulus sebagai pekerja atau "tukang" teknologi di tahun 2002-an, kesempatan untuk berkarya di Indonesia terbuka lebar. Kapan lagi bisa mendapatkan financial incentive at the same time membangun negeri?

        "Kenapa saya ingin balik? Pertama saya lihat Indonesia lagi growing gila-gilaan dan bagaimana kita anak bangsa bisa berkontirbusi. Tokopedia ada salah satu visi make it happen make it better iya sudah make it happen saja dulu. Nah, untuk side effect-nya pasti lebih dekat dengan orang tua, bisa bikin anak kita mengerti kebudayaan di mana kita rise startup," kata dia kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.

        Baca Juga: Digital Diaspora, Solusi Defisit Talenta Digital Indonesia

        Menurutnya, saat ini Indonesia mengalami apa yang dulu Microsoft alami pada tahun 1990-an, kekurangaa talenta. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan anak-anak muda yang memiliki kreativitas dan pernah melihat bagaimana its supposed to be done di luar sana. Misalnya, terkait problem penetrasi e-commerce yang hanya 5% dari total pasar ritel atau penetrasi bank account yang masih di bawah 10% dan masalah inklusi keuangan lainnya.

        "Pengalaman di luar akan sangat membantu pasti, terutama karena exposure dan experience-nya. Contoh saya ingat pada tahun 2004 ketika pertama kali ke AS ada namanya konsep drive thru banking, sebelum saya lihat dengan mata kepala sendiri saya bingung itu bagaimana caranya, tapi setelah saya di sana melihat konsepnya, sekarang kalau harus implementasi di Indonesia sudah lebih bisa karena konsepnya sudah kelihatan," tambah dia.

        Sebagai VP of Engineering, Herman memiliki peran untuk memastikan teknologi bisa menjadi enabler. Masalah (pertanyaan-pertanyaan) yang semula sangat sukar di-solve menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi AI, ML, dan sebagainya yang menjadi solusi. Engineer memastikan ada proses demokratisasi teknologi secara terus-menerus, dan Herman menjadi bagian dari tim itu.

        Pengalamannya di luar negeri sangat membantu, misalnya bagaimana Tokopedia bisa men-support 90 juta pengunjung yang tiba-tiba datang berbarengan dalam waktu yang sama karena adanya promo. Hal ini mungkin merupakan pengalaman yang baru bagi market seperti di Indonesia. Sedangkan di luar sana, perusahaan seperti Amazon dan Alibaba sudah sering mengadakan Black Friday.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Yosi Winosa
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: