Rencana pemerintah Indonesia mewujudkan Making Indonesia 4.0 memberi peluang kepada perusahaan penyedia instrumen pedukung industri 4.0. Sejumlah perusahaan global yang sudah lama berbisnis di Indonesia maupun yang baru akan datang berlomba-lomba ingin menjadi pemain utama penyedia instrumen tersebut.
Salah satu perusahaan itu adalah Endress+Hauser, perusahaan asal Jerman yang telah hadir di Indonesia sejak 1990. Perusahaan yang bergerak di bidang proses otomasi ini menawarkan berbagai solusi pengukuran, otomasi dan optimalisasi proses produksi di berbagai sektor, seperti food and beverage, chemical, oil and gas, dan water and wastewater.
Henry Chia, President Director Endress and Hauser Indonesia, mengungkapkan, untuk menyambut rencana pemerintah tersebut, perusahaan global yang telah berdiri sejak 1953 ini tengah menyiapkan regional meeting yang akan digelar di Indonesia dalam waktu dekat.
?Topik utamanya adalah menjadi bagian dari industri 4.0, baik dari sisi portofolio, services, dan solusi,? ujar Henry kepada Warta Ekonomi, di Jakarta, Senin (22/7/2019).
Baca Juga: Era Revolusi Industri 4.0, Koperasi Diminta Bertransformasi
Adapun portofolio produk yang dimiliki oleh Endress and Hauser saat ini sudah cukup banyak untuk kebutuhan industri yang berbeda-beda. Secara global ada tujuh industri, food and beverage, oil and gas, chemical, water and wastewater, primary and metal, life sciences atau farmasi, dan power and energy. Namun untuk pasar Indonesia perusahaan fokus pada empat industri, Food and Beverage karena jumlah penduduk banyak sekali maka dalam proses produksinya perlu dipasang sensor agar lebih akurat dan berkualitas, kemudian Oil and gas karena potensi sangat besar, dan Chemical industri, dan water and wastewater yang juga memiliki kebutuhan cukup besar.
Ruang lingkup industri yang lebih ke manufakturing, membuat maintenance menjadi kegiatan yang harus dilakukan secara rutin agar instrumennya dapat terkalibrasi dengan baik. Sebelum menggunakan IoT, maintenance dilakukan secara periodik, misalnya 6 bulan sekali. Tapi dengan teknologi IoT, maintenance dapat dilakukan secara prediktif.
Untuk melakukan itu Endress and Hauser memiliki instrumen yang bernama habit technologies, untuk mengecek kondisi sebuah alat industri dalam kondisi baik atau tidak.
Baca Juga: 3 Saran Para CIO untuk Kesuksesan Industri 4.0 di Indonesia
?Dengan demikian tentu memberikan saving cost yang banyak, dari sisi penggunaan energi, dan resources,? jelas Henry.
Selanjutnya, memanfaatkan data adalah mencari informasi apa yang dibutuhkan customer. Jadi bukan hanya bicara alat untuk mengukur atau media untuk diukur, dan proses yang harus diukur, tapi bagaimana memanfaatkan hasil ukuran itu.
30 tahun beroperasi di Indonesia, Endress and Hauser memiliki beberapa klien baik perusahaan global maupun lokal seperti Multi Bintang yang memproduksi bir, perusahaan susul ultra, produsen teh sosro, dan perusahaan farmasi seperti Kalbe dan Sanbe. Aplikasinya, macam-macam, ada yang digunakan untuk mengukur tekanan, temperature, atau aliran (flow) dalam alat produksi.
"Di satu pabrik mereka memiliki banyak sekali proses yang berkaitan dengan elemen yang tadi saya sebutkan," katanya.
Baca Juga: PLN Masuki Industri 4.0 Lewat Humanity Project
Henry mengakui, saat ini ada banyak perusahaan yang menyediakan alat yang sama. Namun Endress and Hauser memastikan memiliki beberapa perbedaan dan keunggulan, seperti memiliki pabrik (production center) untuk memproduksi instrumen. Perusahaan yang memproduksinya sendiri juga diciptakan oleh pabrik dengan IIoT, sehingga perusahaan selalu memikirkan bagaimana menciptakan teknologi untuk industri 4.0.
Menurut Henry, saat ini Endress and Hauser berada di tiga besar di antara pemain lain dan ingin jadi leading. Untuk mewujudkan hal itu ada beberapa hal yang akan dilakukan, pertama mengimprove dan lebih mendekatkan diri dengan group dan memastikan bahwa semua teknologi yang dihasilkan oleh group, itu juga bisa dibawa ke Indonesia. Dengan demikian akan terjadi transfer knowledge yang besar-besaran kepada tim lokal untuk meningkatkan kemampuan. Kedua, tidak hanya menjadi penyuplay barang, tapi juga berpartner, perusahaan akan lebih banyak masuk ke masalah solusi bisnis.
"Jadi tidak hanya sebagai partner mensuplay produk, tapi masuk kepada services dan solution bisnis," jelasnya.
Akhirnya, yang dibutuhkan untuk mempercepat Making Indonesia 4.0 adalah, sosialisasi dan meningkatkan kompetensi dan knowledge. Dalam hal ini Endress and Hauser ingin membantu pemerintah untuk dua hal itu dari sisi B2B. Sebagai salah satu pemain, perusahaan ini ingin terus berinvestasi, serta memperbanyak transfer knowledge yang disalurkan dari group ke level lokal, dan dari level lokal ke customer.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: