PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank) membukukan laba bersih setelah pajak dan kepentingan nonpengendali (PATAMI) sebesar Rp757 miliar per semester pertama 2019. Angka ini merosot 23,24% dibandingkan dengan semester sebelumnya sebesar Rp933 miliar.
Menurut Esti Nugraheni, Head Corporate Communications Maybank, hal tersebut akibat dari langkah konservatif perusahaan dalam menjaga kualitas kredit melalui peningkatan pencadangan.
"Ada peningkatan provisi sehubungan bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang," jelas dia dalam siaran berita yang diterima redaksi Warta Ekonomi.
Baca Juga: Perluas Jaringan, Maybank Buka Kantor Cabang Syariah di Padang
Meski begitu, pendapatan operasional sebelum provisi Maybank naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun untuk semester pertama 2019 dibandingkan dengan Rp1,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan operasional ini didukung oleh peningkatan fee based income, manajemen pengelolaan biaya yang berkelanjutan, dan kenaikan pendapatan bunga bersih sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 6,6% selama enam bulan pertama 2019.
Bank juga mencatat pertumbuhan pendapatan nonbunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1,0 triliun pada Juni 2018, didukung fee global market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit, dan layanan lain yang disediakan perusahaan.
Pendapatan bunga bersih Maybank pun meningkat 2,4% menjadi Rp4,0 triliun dari Rp3,9 triliun, sementara margin bunga bersih turun tipis sebesar 28 basis poin menjadi 4,8%.
Hal ini disebabkan oleh surplus likuiditas karena bank melakukan langkah proaktif untuk memastikan memiliki likuiditas yang cukup guna memitigasi risiko selama dan setelah pemilihan umum.
Baca Juga: Maybank Group Catat Laba Bersih Anjlok Jadi RM1,81 Miliar
Esti mengungkapkan, "Bank akan meneruskan pelaksanaan pricing kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat lebih baik memitigasi tekanan pada margin."
Sementara biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan 6,5% menjadi Rp3,2 triliun pada Juni 2019 dari Rp3,0 triliun pada Juni 2018 sebagai hasil inisiatif pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit bank.
Biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 111,7%. Tanpa biaya insentif tersebut, biaya operasional turun 1,3% pada Juni 2019.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: