Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 hanya sebesar 5,05%. Raihan pertumbuhan ini melambat bila dibandingkan kuartal I 2019 sebesar 5,07% dan juga kuartal II 2018 sebesar 5,27%. Padahal terdapat momentum Lebaran dan pilpres di triwulan II.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, dari sisi pengeluaran, stimulasi musiman dari momentum bulan puasa, Lebaran, libur sekolah hingga percepatan realisasi belanja pemerintah, meski mampu mempertahankan laju konsumsi, namun tumpul mendorong sisi produksi. Laju investasi dan ekspor pun melesu dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Waw, Kontribusi Gojek ke Perekonomian Capai Rp55 Triliun
"Dalam tujuh tahun terakhir tidak selalu ekonomi Lebaran mampu mendongkrak kinerja perekonomian. Pemerintah selalu mengatakan dalam momentum Lebaran, ekonomi akan tumbuh lebih baik, tetapi faktanya tidak selalu. Selama Lebaran sebetulnya kadang bisa naik, stabil, bahkan lebih rendah," kata Eko dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Hajatan demokrasi Pilpres 2019 juga, kata Eko, tidak cukup menstimulasi ekonomi. Padahal sering diwacanakan bahwa dampak pilpres dengan segala hiruk-pikuknya dapat mendongkrak ekonomi. Namun faktanya, kata dia, secara makro dapat terlihat bahwa dampak ekonomi atas peristiwa politik ini sangat terbatas.
Baca Juga: Dinamika Ekonomi Global Resahkan Penghasil Minyak Sawit
"Pesta demokrasi memang dapat melejitkan laju konsumsi LNPRT, namun secara proporsi masih sangat terbatas dampaknya bagi perekonomian secara keseluruhan," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti