Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gegara Milenial, Pariwisata Desa Ngehits Hingga Mancanegara

        Gegara Milenial, Pariwisata Desa Ngehits Hingga Mancanegara Kredit Foto: Umbul Ponggok
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bicara soal milenial, ada banyak fakta unik dimiliki oleh generasi satu ini, yang mempengaruhi pilihan termasuk memilih tempat wisata. Beberapa fakta antara lain, milenial tidak bisa lepas dari smartphone, aktif di media sosial, suka mencari pengalaman dan tantangan, dan sedikit-sedikit posting. Jadi tidak heran di jika kemudian di media sosial banyak ditemui konten foto atau video hingga membuat sesuatu menjadi hits.

        Fakta lainnya yang lebih penting, ternyata milenial sangat kreatif dan produktif. Dengan kebiasaan ingin mencoba hal baru dan membagikannya ke media sosial, saat ini banyak bertebaran konten foto dan video menarik, termasuk tempat-tempat wisata baru yang sebelumnya tidak pernah terekspose, yang kemudian ngehits di kalangan masyarakat. Artinya apa yang dilakukan ternyata menjadi sarana pemasaran yang sangat efektif.

        Salah satu contoh tempat wisata baru yang sempat hits di media sosial adalah Umbul Ponggok di Klaten, Jawa Tengah. Yang menarik dari tempat ini, pengunjung dapat snorkeling (selam permukaan) dan berfoto-foto di dalam air dengan properti yang tidak biasa dan pemandangan bawah air dengan ikan-ikan yang menakjubkan. Milenial bilang sangat instagramable atau layak difoto dan dibagikan ke instagram.

        Sebelum ada smartphone dan media sosial belum populer, sebenarnya Umbul Ponggok tempat yang biasa saja. Pengalaman saya sebagai penulis yang kebetulan berasal dari Klaten dan pernah bersekolah tak jauh dari umbul ini, dulu sampai sekitar tahun 2007 umbul ini hanya ramai pada saat menjelang Puasa Ramadhan, untuk padusan (tradisi membersihkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa). Pada hari-hari biasa tidak banyak yang berenang di kolam ini, dan sering difungsikan untuk mencuci tikar atau karpet.

        Baca Juga: Industri Pariwisata Harus Adopsi Teknologi Digital

        Lama tidak berkunjung karena pindah kota, Umbul Ponggok menjadi populer di media sosial. Saya pun menyempatkan untuk berkunjung ke tempat ini ketika pulang kampung. Pertama, setelah sekian lama tidak berkunjung, di tahun 2015. Terakhir saat lebaran tahun 2019, tapi tidak sempat masuk, hanya melintas di sampingnya. Lokasi umbul yang persis di samping jalan, membuat keramaian lokasi ini selalu membludak hingga ke jalan.

        Agus Santoso, Marketing dan Admin Wisata Umbul Ponggok mengungkapkan, popularitas umbul ini mulai naik sekitar tahun 2012-2013. Diawali dengan keisengan pengunjung memotret bawah air yang memang memiliki air sangat jernih. Melihat hasilnya yang menakjubkan akhirnya banyak yang melakukannya. Sampai saat ini telah berkembang menjadi wahana foto bawah air dengan berbagai properti yang disiapkan oleh pengelola, mulai dari meja kursi, peralatan elektronik, hingga sepeda motor dimasukkan ke dalam air hanya untuk membuat konten yang semakin menarik.

        Semakin banyak foto menarik yang beredar di media sosial membuat Umbul Ponggok nge-hits dan semakin dikenal. Tidak hanya warga Klaten, tapi juga dikenal hampir keseluruh Indonesia, bahkan mancanegara, seperti Jepang karena pernah tayang di salah satu TV negara ini. Pengunjung juga semakin banyak yang berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Di sepanjang tahun 2019, rata-rata jumlah pengunjung pada hari biasa sebanyak 2.000 orang, pada hari libur mencapai 3.000 orang, dan libur lebaran bisa meningkat hingga 5 kali lipat.

        Baca Juga: Kunjungan Wisman Naik, Devisa Pariwisata Sentuh US$19,29 Miliar

        Spot Instagramable

        Klaten, terutama wilayah Kecamatan Jatinom, Tulung dan Polanharjo, yang memiliki lokasi tak jauh dari kaki Gunung Merapi dan Merbabu, membuat daerah ini kaya akan sumber mata air terbuka berupa kolam yang kemudian disebut umbul (mata air). Di Klaten sedikitnya ada 8 umbul di tiga kecamatan tersebut, selain Umbul Ponggok ada Umbul Sigedang dan Umbul Kapilaler juga di Desa Ponggok, kemudian Umbul Cokro di Desa Cokro, Umbul Manten di Desa Janti, Umbul Nilo di Desa Daleman, Umbul Pluneng di Desa Pluneng, dan Umbul Gedaren di Desa Gedaren.

        Dari 8 umbul tersebut sebetulnya Umbul Cokro sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu, dengan nama Wisata Objek Mata Air Cokro (OMAC). Sampai sekarang umbul ini masih tetap ramai, hanya saja di media sosial tidak sepopuler Umbul Ponggok, karena spot fotonya mungkin dianggap tidak semenarik Umbul Ponggok. Justru beberapa umbul lain, seperti Umbul Manten dan Umbul Sigedang, menjadi populer karena memiliki spot foto yang instagramable, berupa akar-akar beringin yang menjalar hingga ke air.

        Terinspirasi Umbul Ponggok yang memiliki spot instagramable, dan mencontoh Punthuk Setumbu, bukit untuk menikmati pemandangan Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah, di Klaten juga ada beberapa lokasi wisata baru yang dibuat di daerah perbukitan. Tepatnya di Kecamatan Bayat, yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan, ada Wisata Bukit Cinta yang dibuka akhir tahun 2016. Tempat yang awalnya dikenal dengan Watu Prau ini menawarkan spot instagramble di atas bukit dan pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam.

        Tidak hanya wisata air dan pegunungan, di Klaten masih banyak lokasi-lokasi baru yang menjadi buruan milenial. Semua itu dilakukan hanya demi konten foto atau video yang menarik untuk diposting ke media sosial mereka. Terlepas yang mereka lakukan untuk kepuasan dan kesenangan sendiri, tapi konten di media sosial menjadi informasi menarik bahkan mampu mempengaruhi orang lain untuk mencoba pengalaman yang sama.

        Baca Juga: Menpar Ajak Milenial Dukung Pariwisata Nasional Agar Lebih Populer

        Tidak Harus Mahal

        Tidak dipungkiri Umbul Ponggok, Umbul Manten, Bukit Cinta dan sejumlah lokasi wisata yang sedang nge-hits di Klaten tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan objek wisata kelas dunia di Indonesia seperti Bali, Pulau Komodo, Bromo, dan Candi Borobudur. Namun objek wisata lokal ini telah terbukti mampu memenuhi kebutuhan milenial yang selalu mencari pengalaman baru.

        Milenial yang juga memiliki ciri ingin cepat dan instan membuat tempat wisata yang mudah dijangkau menjadi pilihan yang tepat. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagi mereka meluangkan waktu untuk berlibur ke tempat wisata yang lebih berkelas. Tapi rasa penasaran yang tinggi dan kebutuhan untuk selalu update dan eksis di media sosial, bagi mereka semua tempat menjadi menarik.

        Milenial juga cepat bosan, lokasi wisata nge-hits mungkin akan membosankan suatu waktu. Tapi itu dapat diatasi dengan menambahkan sesuatu yang baru yang belum pernah ada, misalkan fasilitas outbound dan sebagainya. Atau menciptakan lokasi-lokasi lain dan membuatnya menjadi lebih menarik.

        Baca Juga: Tiga BUMN Sinergi Kembangkan Pariwisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi

        Itu artinya untuk menciptakan millennial tourism itu mudah, salah satu kuncinya adalah spot instagramble. Soal biaya juga tidak harus mahal, sebab bisa dilakukan dengan memoles lokasi wisata yang sudah ada, atau menciptakan lokasi baru dengan fasilitas sederhana. Untuk menjaga keberlanjutannya, tentu dengan terus melakukan pembaharuan sesuai kebutuhan dengan menawarkan hal-hal yang baru dan melengkapi fasilitas.

        Saat menciptakan lokasi wisata baru, untuk tahap awal target wisatawan mungkin tidak perlu muluk-muluk, cukup wisatawan lokal daerah setempat. Setelah lokasi wisata mampu bertahan dan selalu nge-hits, dengan sendirinya akan semakin ramai, dijangkau oleh wisatawan dari berbagai daerah lain, bahkan wisatawan mancanegara.

        Beberapa Pariwisata Desa di Klaten ini hanyalah contoh. Penulis yakin beberapa daerah lain di Indonesia telah mengembangkan wisata lokal yang tidak kalah menarik. Berbagai daerah di Indonesia juga memiliki potensi wisata dengan kearifan lokal yang sangat menarik untuk dikembangkan. Dengan semangat membangun desa dan didorong keinginan memenuhi kebutuhan milenial niscaya tercipta millennial tourism yang berkelanjutan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Kumairoh

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: