PT Timah Tbk (TINS) terpaksa mengurangi jumlah produksi dan ekspordi tengah situasi global yang kurang bersahabat bagi para pelaku industri timah. Manajemen TINS menyebut, pengurangan produksi dan ekspor menjadi respons perusahaan atas penuruanan harga timah dunia.
Direktur Utama TINS, Mochtar Riza Pahlevi, mengungkapkan bahwa sejauh ini pihaknya telah mengeluarkan kebijakan efektivitas dan efisiensi pada operating cost, terutama pada pos volume ekspor.?
Baca Juga: Harga Timah Dunia Tertekan, PT Timah Ambil Langkah Pasti
"PT Timah menahan produksi dan penjualan timah sebagai upaya untuk merespons harga timah dunia yang menurun. Pengurangan produksi dilakukan dengan pemberhentian operasi kapal keruk (dredge)," jelasnya secara tertulis, Jakarta, Selasa (8/10/2019).?
Selain itu, TINS juga telah mengurangi jumlah shift kerja untuk tambang darat yang semula dilakukan tiga shift kerja menjadi satu shift.?
"Tujuh kapal isap produksi saat ini on hold untuk tidak melakukan operasi penambangan, termasuk tambang darat sudah kita kurangi shift operasinya," sambung Riza.?
Baca Juga: KBI dan BGR Logistics Lepas Ekspor Perdana 1.410 Ton Timah
Kemudian, dari segi pemasaran, TINS berencana untuk menambah jumlah pengurangan penjualan ekspor sebesar 1.000 ton per bulan sehingga total pengurangan ekspor yang akan dilakukan TINS mencapai 2.000 hingga 2.5000 ton per bulan.?
"Harga saat ini belum menguntungkan jika dilihat dari apa yang sudah kami lakukan sebagai perusahaan tambang," lanjutnya.
Memperkuat pernyataan Riza, Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), Jabin Sufianto, mengatakan bahwa pengurangan produksi akan memberikan dampak pada harga timah, mengingat peran Indonesia sangat besar dalam memenuhi kebutuhan timah di pasar global.
Baca Juga: Pendapatan PT Timah Naik 19,88%, Ini Tiga Kontributor Terbesarnya
"AETI mendukung (penurunan produksi), kita memang harus berani untuk menurunkan volume produksi selagi harga di level rendah," jelas Jabin.?
Jabin menambahkan, saat ini produsen timah tidak perlu jor-joran untuk melakukan ekspor timah. Hal itu dilakukan sebagai langkah dalam menjalankan strategi terhadap permintaan timah di dunia.
"Semua kan tergantung supply dan demand. Kalau demand lagi jelek, ya, tidak usah jualan dulu. Toh timah kan bisa disimpan dalam waktu ratusan tahun," sebut Jabin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: