Kredit adalah salah satu instrumen penghasil pendapatan yang besar bagi dunia perbankan. Dengan makin berkembangnya dunia usaha di Indonesia, kebutuhan akan fasilitas kredit meningkat sangat tajam. Namun, pada sisi lain hal tersebut menciptakan masalah yang kompleks apabila terjadi kesalahan dalam pemberian kredit dan analisis awalnya.
Sejalan dengan itu, Warta Ekonomi Academy (WE Academy) menggelar workshop bagi para bankir yang bertajuk Collection Strategy: The Most Powerful Tactic for Managing Problematic Loans. Pelatihan yang berlangsung selama dua hari yakni 8-9 Oktober 2019 ini menghadirkan Ronny Gunawan, seorang praktisi yang sudah berpengalaman di industri perbankan.
Baca Juga: Bareng WE Academy, Bankir Belajar Pengelolaan Risiko Likuiditas
Para peserta yang hadir dalam Workshop ini berasal dari berbagai perbankan, yakni Bank of China dan PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia. Materi yang diberikan kepada para peserta workshop di antaranya adalah collection overview, collection process & activity, collection tools & technique, collection, dan memahami proses & limit lelang hak tanggungan.
Ronny mengatakan, bila dilihat dari kacamata yang dia miliki, masalah yang timbul dalam perbankan ini dikarenakan kurangnya jam terbang dan pengalaman bagi seorang bankir pemula sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pembiaran atau kesalahan penanganan bagi nasabah kredit saat mulai timbul tanda-tanda awal yang dapat menjurus kepada kredit macet.
Diketahui, nonperforming loan (NPL) atau kredit macet akan menggerus cadangan aktiva produktif bank bersangkutan karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharuskan melakukan pencadangan dengan menetapkan aturan dan pengawasan yang ketat.
"Kredit ini kan di dalamnya masalah klasik dan sudah ada semenjak zaman dahulu, tetapi yang kita lakukan adalah bagaimana cara melakukan efektivitas untuk penanganan kredit bermasalah. Yang apabila kita lakukan dengan modeling kuno atau konvensional, NPL akan tetap meningkat dan itu tidak akan pernah terselesaikan," jelas Ronny Gunawan dalam workshop yang berlangsung di Hotel Ambhara Jakarta, Selasa (8/10/2019).
"Belum lagi ditambah dengan perkembangan ekonomi sekarang dengan pelaku sudah banyak cara yang lebih berkembang dan lebih baik sehingga sulit untuk kita mendeteksinya," tambahnya.
Penanganan dan penyelesaian NPL memerlukan keahlian yang unik dan khusus, tidak dapat hanya dengan menyamaratakan antara satu kasus dengan yang lainnya karena hal tersebut hanya akan memperparah kondisi portofolio yang ada.?
"Nah, otomatis harus dilakukan seleksi efektivitas tadi. Ya inilah modelingnya, bagaimana cara kita mengefektivitaskan dengan melakukan early warning system. Kita di sini mendefinisi, mendeteksi, dan membuat suatu penanganan secara komprehensif. Itu kata kuncinya," paparnya.
Sebagai tambahan informasi, stakeholders terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan juga berupaya memitigasi hal seperti demikian dengan menerbitkan beberapa regulasi. OJK menekankan bahwa bank tidak boleh memberikan kredit secara sembarangan dan modeling dari risiko yang sudah dipetakan oleh OJK. Dapat dilihat dari usaha ini bahwa OJK benar-benar sangat serius dalam mendorong bank untuk berkembang secara sehat dan termitigasi resiko-resikonya, terutama risiko dari kredit.
"Dari sini tentu saja diharapkan para bankir mempunyai suatu modeling dari penanganan penyelesaian kredit bermasalah yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas daripada kinerja tim sehingga akan lebih terarah, terukur, dan lebih tepat sasaran dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kredit yang makin kompleks dalam masa sekarang ini," pungkas Roni.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: