Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gelandangan Dilarang Masuk Pusat Penampungan Picu Perdebatan di Jepang

        Gelandangan Dilarang Masuk Pusat Penampungan Picu Perdebatan di Jepang Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Tokyo -

        Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan tempat penampungan akibat topan Hagibis harus terbuka untuk semua orang.

        Topan Hagibis membawa hujan lebat dan angin 225 km/jam menuju Jepang pada akhir pekan, menewaskan 66 orang.

        Namun ketika dua pria gelandangan mencoba masuk ke tempat penampungan di Tokyo, mereka ditolak karena tidak memiliki alamat rumah. Kasus ini memicu perdebatan besar di Jepang, sejumlah orang tidak bersimpati.

        Baca Juga: Topan Hagibis di Jepang, 15 Orang Hilang dan 66 Tewas

        Apa yang terjadi di penampungan?

        Ketika Hagibis memegang Jepang pada Sabtu (12/10/2019) pagi, seorang pria tunawisma berusia 64 tahun pergi ke sekolah dasar, yang digunakan sebagai pusat penampungan.

        Sekolah itu berada di Distrik Taito, Tokyo, yang mencakup Sanya, daerah yang secara historis merupakan rumah bagi buruh dan kini gelandangan.

        Melansir BBC, Selasa (15/10/2019) seorang pejabat yang berbicara dengan harian Asahi Shimbun mengatakan, pria itu diminta untuk menulis nama dan alamatnya. Ketika dia mengatakan dia tidak punya alamat, dia ditolak.

        "Saya memberi tahu mereka bahwa saya memiliki alamat di Hokkaido [pulau utara Jepang, ratusan mil dari Tokyo], tetapi mereka masih menolak saya masuk," kata tunawisma itu.

        Pria itu mengatakan dia bermalan di bawah atap bangunan.

        "Saya ingin mereka mengizinkan saya masuk ke fasilitas itu karena angin kencang dan hujan," lanjutnya.

        Seorang pria tunawisma lainnya diusir sore itu.

        Apa reaksinya?

        Baca Juga: Topan Hagibis, Ribuan Tikus di Jepang Keluar dari Sarang

        Ketika berita menyebar di media sosial, ada kemarahan pada keputusan tempat penampungan.

        "Apakah ini negara yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di Tokyo? [Pada 2020]" tanya seorang pengguna Twitter. "Orang-orang dari luar negeri akan melihat ini dan berpikir ini adalah negara yang mengerikan."

        Pusat Kesejahteraan Pekerja Sanya, sebuah badan amal, merespons dengan membuka tempat perlindungan pada Sabtu malam.

        Tetapi yang lain kurang simpatik, menyarankan orang-orang tunawisma "bau" dan "sakit mental" seharusnya mereka diizinkan masuk ke tempat penampungan jika ada ruang terpisah.

        Perdana Menteri Shinzo Abe ditanya tentang kasus ini di parlemen dan mengatakan "pusat penampungan harus membiarkan siapa pun yang datang untuk mengungsi".

        "Kami akan memeriksa fakta dan mengambil langkah yang tepat," tambahnya.

        Berapa banyak orang yang kehilangan tempat tinggal di Jepang?

        Menurut survei pemerintah pada bulan Januari tahun ini, ada 4.555 orang tunawisma (4.253 pria, 171 wanita, 131 tidak diketahui) di Jepang.

        Jumlah itu lebih sedikit 422 orang dari tahun sebelumnya.

        Di antara semua 47 prefektur, Tokyo memiliki yang terbanyak (1.126 orang), Osaka di urutan kedua (1.064), diikuti oleh Kanagawa (899).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: