Venezuela adalah satu negara dengan harga bahan bakar minyak (BBM) termurah di dunia. Pasalnya, pemerintah Venezuela tidak main-main dalam mensubsidi BBM. Pemilik kendaraan bermotor bisa mengisi penuh tanki bahan bakar hanya dengan membayar kurang dari satu sen dolar Amerika Serikat (AS).
Akan tetapi, kini semua kenikmatan itu sirna. Kondisi ekonomi yang carut marut membuat mereka harus membeli BBM dengan makanan, permen, bahkan dengan sebatang rokok. Kondisi yang mengkhawatirkan itu terjadi karena hiperinflasi yang menyebabkan mata uang Venezuela, Bolivar, sulit ditemukan dan membuat beberapa nilainya sama sekali tidak berharga.
Tanpa uang tunai itulah, pemilik kendaraan kerap kali menyerahkan satu tas nasi, minyak goreng atau apa pun yang dapat diterima petugas pompa bensin.?
Baca Juga: Dapat 105 Suara, Venezuela Terpilih Duduk di Kursi Dewan HAM PBB
"Anda bisa membayar dengan rokok," kata Orlando Molina, mengisi subcompact Ford Ka di Caracas.
"Bukan rahasia bagi siapa pun bahwa itu tidak ada artinya," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Rabu (23/10/2019).
BBM sangat murah sekali sehingga petugas SPBU tidak tahu harganya. Pengemudi cukup melambaikan tangan tanpa membayar apa-apa.
Penduduk Caracas, Maria Perez, satu hari baru-baru ini mengisi BBM dengan menyerahkan kepada petugas SPBU setara dengan satu sen, pecahan terkecil yang dimilikinya.
Menurut pengakuannya, kebanyakan pengemudi akan dengan senang hati membayar harga BBM yang sebenarnya jika pemerintah akan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam pelayanan.
"Jalan kita 'tidak tertahankan'," katanya sambil menjalankan tugas pada hari liburnya dengan ibunya di kursi penumpang.
"Ada lubang besar -kawah- yang tidak hanya merusak mobil kami tetapi juga membahayakan nyawa kami sendiri," imbuhnya.
BBM di Kota Caracas, pusat kekuasaan dan pusat populasi terbesar, sejauh ini telah kebal dari kekurangan dan antrean sepanjang satu mil yang mengganggu seperti di bagian lain negara itu dan dapat membuat pengemudi menunggu berhari-hari untuk mencapai SPBU. Pejabat menyalahkan kondisi itu kepada sanksi AS terhadap PDVSA.
Baca Juga: Maduro Mencium Aroma Intervensi AS dalam Pemilu Venezuela
Petugas bengkel servis, Orlando Godoy, menumpuk makanan dan minuman yang diterimanya dari pengemudi di atas pompa --sekantung tepung, minyak goreng, sebotol jus mangga. Ia mendapat upah minimum, yang jumlahnya beberapa dolar sebulan, sehingga makanan itu membantu memberi makan keluarganya.
"Banyak orang muncul mengatakan mereka tidak punya uang tunai untuk membayar," katanya.
"Idenya adalah untuk membantu orang-orang karena Venezuela sedang melalui situasi yang sulit," tukasnya.
Sistem barter ini, walaupun mungkin membuat iri pengemudi yang kekurangan uang di luar negeri, hanyalah gejala lain dari kekacauan di Venezuela.
Negara Amerika Selatan yang berpenduduk sekitar 30 juta jiwa ini dicengkeram oleh krisis ekonomi dan politik yang semakin dalam. Orang-orang hidup dengan menggerutu bahwa apa pun dari protes jalanan yang keras hingga kegagalan listrik besar-besaran dapat membuat hidup mereka kacau balau kapan saja.
Lebih dari 4 juta warga Venezuela telah melarikan diri dari negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Mereka melarikan diri dari upah rendah, rumah sakit yang rusak, tidak adanya layanan dasar dan kurangnya keamanan.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan inflasi yang melanda Venezuela tahun ini secara mengejutkan akan mencapai 200.000 persen. Mata uang Venezuela turun lima nol dari tahun lalu dalam upaya yang sia-sia untuk mengimbangi inflasi. Melonjaknya harga dengan cepat melahap denominasi baru.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Donald Trump Benci Rakyat Amerika Latin!
Pecahan terkecil yang beredar, 50 bolivar, bernilai sekitar seperempat dolar AS. Bus kota dan bahkan bank tidak menerimanya, dengan alasan akan membutuhkan begitu banyak uang kertas untuk membayar bahkan barang-barang paling sederhana yang tidak akan sepadan dengan masalahnya. Pecahan terbesar, 50.000 bolivar, sama dengan USD2,50.
Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar dunia, pernah kaya. Tetapi ekonomi telah jatuh ke dalam kehancuran yang oleh para kritikus disebabkan oleh korupsi dua dekade dan salah urus di bawah pemerintahan sosialis.
Cengkeraman Presiden Nicolas Maduro pada kekuasaan berada di bawah tantangan dari politisi oposisi Juan Guaido, yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS) dan lebih dari 50 negara lain yang menentang terpilihnya kembali Maduro pada 2018.
Harga BBM adalah masalah serius yang mematikan di Venezuela. Sekitar 300 orang meninggal pada tahun 1989 dalam kerusuhan yang meletus setelah presiden pada saat itu memerintahkan kenaikan harga bahan bakar secara moderat.
Di tengah kehancuran ekonomi, Maduro belum secara substansial menaikkan harga BBM, sebuah strategi yang mungkin diperkuat setelah protes keras baru-baru ini memaksa presiden Ekuador untuk membatalkan rencana untuk mengakhiri subsidi bahan bakar di sana.
Maduro telah mengakui bahwa perusahaan minyak milik negara, PDVSA, kehilangan miliaran dolar setahun karena perbedaan antara harga BBM dan biaya produksi.
Tangki BBM Venezuela secara historis harganya setara dengan beberapa sen AS karena inflasi dan devaluasi mata uang. Jumlah itu telah jatuh lebih jauh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: