Usai Berhasil dalam Pengejaran Al-Baghdadi, Ini Misi AS di Suriah
Pemimpin kelompok ekstrimis ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sudah dikonfirmasi tewas dalam sebuah penyerbuan mematikan yang dilakukan oleh pasukan khusus Amerika Serikat. Namun demikian, hal tersebut tidak lantas menamatkan misi AS di Suriah.
Pasukan militer meningkatkan upaya AS untuk melindungi ladang minyak Suriah dari kelompok ekstrimis serta dari Suriah sendiri dan sekutunya Rusia. Ini adalah misi baru yang dipertaruhkan, bahkan ketika pasukan AS ditarik dari bagian lain negara itu.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebutkan misi militer di ladang minyak juga akan memastikan pemasukan bagi Kurdi Suriah yang diperhitungkan oleh Washington untuk terus menjaga tahanan ISIS dan membantu memerangi sisa-sisa kelompok ekstrimis itu, bahkan ketika Presiden Donald Trump terus mendesak semua pasukan AS untuk pulang.
Baca Juga: Tak Mau Lagi Bergantung pada Amerika Serikat, 3 Negara Ini Kolaborasi Buat . . . .
"Amerika Serikat akan mempertahankan kendali ladang minyak di timur laut Suriah," kata Esper, seperti dikutip dari AP, Selasa (29/10/2019).
Ia menuturkan bahwa pada puncak pemerintahan al-Baghdadi ladang minyak tersebut memberikan sebagian besar kelompoknya.
Esper mengatakan bahwa tujuan mengamankan wilayah minyak Suriah adalah untuk menghentikan pemasukan pendapatan bagi ISIS. Namun, seorang wartawan bertanya apakah misi itu termasuk mencegah pasukan pemerintah Rusia dan Suriah memasuki wilayah itu.
"Jawaban singkatnya adalah ya, saat ini benar," ujar Esper.
"Karena dalam hal ini kami ingin memastikan milisi yang dipimpin oleh Kurdi Suriah yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Suriah memang memiliki akses ke sumber daya untuk menjaga penjara dan mempersenjatai pasukan mereka, untuk membantu kami dengan misi kekalahan ISIS," tuturnya.
Esper menuturkan ia tidak melihat beberapa tanda pasukan Suriah atau Rusia menantang kontrol AS atas ladang minyak tersebut. Tetapi, seorang pejabat AS mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, para pejabat AS mendeteksi apa yang mereka anggap sebagai kumpulan besar pasukan Suriah dan Rusia di sisi barat Sungai Eufrat dekat Deir el-Zor. Para pejabat Rusia dihubungi melalui telepon, dan AS diberi jaminan bahwa pasukan yang dipentaskan tidak akan bergerak ke timur, kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah sensitif.
Baca Juga: Pesan Buat Prabowo dari Mantan Wapres: Sekarang Ada ISIS yang Ngebom-Ngebom
?Kami saat ini sangat prihatin dengan perkembangan tertentu di selatan, di daerah Deir el-Zour. Saya sudah bicara dengan rekan Rusia saya tentang itu dan kami memiliki kontak lain dengan Rusia mengenai situasi itu. Kami pikir sekarang sudah terkendali,? ujar utusan khusus administrasi Trump untuk Suriah, Jim Jeffrey, yang tampaknya merujuk pada situasi tersebut.
Usai mengusir militan ISIS dari Suriah tenggara pada 2018, Kurdi menguasai ladang minyak yang menguntungkan di selatan provinsi Deir el-Zour. Pengaturan diam-diam telah terjadi antara Kurdi dan pemerintah Suriah, dimana Damaskus membeli surplus melalui perantara dalam operasi penyelundupan yang menguntungkan yang terus berlanjut meskipun ada perbedaan politik. Pemerintahan yang dipimpin Kurdi menjual minyak mentah ke pabrik penyulingan swasta, yang menggunakan kilang primitif buatan rumahan untuk memproses bahan bakar serta diesel dan menjualnya kembali ke pemerintah yang dipimpin Kurdi.
Minyak tersebut cenderung menjadi chip tawar-menawar oleh Kurdi untuk menegosiasikan kesepakatan dengan pemerintah Suriah, yang gagal mencoba mencapai ladang minyak untuk merebut kembali mereka dari ISIS. Dengan Presiden AS Donald Trump mengatakan ia berencana untuk mengirimkan pasukan penjaga untuk mengamankan ladang minyak itu, tampaknya minyak akan terus digunakan untuk mempengaruhi Moskow dan Damaskus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri