Perusahaan pelat merah yang bergerak pada industri baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memecahkan rekor baru produksi baja lembaran panas (hot rolled coil) yang terbesar sepanjang sejarah Krakatau Steel berdiri.
Diketahui produksi baja tersebut mencapai 203.315,55 ton pada Oktober 2019. Rekor produksi ini memecahkan dari total produksi sebelumnya sebesar 200.411 ton pada Desember 2007.?
Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan, melesatnya produksi baja perseroan merupakan buah dari proses transformasi dan restrukturisasi Krakatau Steel di tengah situasi yang menantang.
Baca Juga: Obati Keuangan yang Sakit, Krakatau Steel Lakukan Ini
"Pencapaian ini membuktikan proses restrukturisasi dan transformasi di internal Krakatu Steel telah menunjukkan hal yang positif. Hampir keseluruhan dari produksi merupakan baja yang sudah dipesan, sehingga Krakatau Steel mampu menjaga stock inventory pada tingkat yang efisien," jelas Silmy dalam keterangannya, Jumat (1/9/2019).
Selain itu, dirinya melanjutkan, hasil ini juga menunjukkan komitmen manajemen dan karyawan guna mendukung proses transformasi agar Krakatau Steel sehat kembali.
Capaian produksi ini juga diikuti dengan pengiriman produk jadi di Oktober yang melebihi target, yakni mencapai 164.284 MT kepada konsumen. Ini adalah angka pengapalan tertinggi sepanjang 2019. Kolektivitas pembayaran di bulan yang sama juga berhasil melampaui target.
"Kami terus berbenah dan melakukan perbaikan. Krakatau Steel secara perlahan mulai membangun kembali kekompakan tim antarlintas fungsi dan lebih fokus pada pelayanan konsumen. Kami meyakini dan akan menjalani hal ini dengan konsisten," imbuh Silmy.
Baca Juga: Krakatau Steel Suplai Pipa ke Proyek Pertamina
Dalam hal pengembangan kapasitas, saat ini tengah dilakukan pembangunan Hot Strip Mill#2, yang pada kuartal IV 2019 nanti mechanical completion-nya akan selesai. Di awal 2020, pabrik SM#2 akan mulai produksi.
Dengan adanya kedua pabrik HSM#1 dan HSM#2 ini, kapasitas produksi HRC meningkat menjadi 3,9 juta ton per tahun dan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi 6,4 juta ton per tahun.
"Dengan beroperasinya HSM#2, maka kapasitas terpasang pabrik penghasil HRC di Indonesia sudah lebih besar daripada permintaan pasar sehingga seluruh kebutuhan HRC dapat 100% dipasok dari dalam negeri. Tidak perlu impor," pungkas Silmy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: