Mati-Matian Dukung Capres, Ujungnya Jokowi-Prabowo Bagi Kursi, LSI: Makanya Politik Santuy Aja
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai bersatunya Jokowi dan Prabowo Subianto dalam pemerintahan secara tidak langsung mengajak seluruh kalangan agar berpolitik secara rileks.
Baca Juga: Hasil Survei LSI Sebut Kebebasan Sipil Memburuk, Sindir PKS untuk Pemerintah Kena!!
"Kita tahu betapa Pilpres 2019 diwarnai dengan pembelahan politik yang mungkin paling keras dalam sejarah pemilu di Indonesia," katanya, di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikannya di sela penyampaian hasil survei terkait turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga negara.
Denny mengungkapkan pembelahan politik terjadi begitu kuat sehingga menyebabkan banyak komunitas terbelah, persahabatan menjadi rusak, hingga keluarga menjadi tegang.
Bahkan, data KPU menunjukkan provinsi dengan dominasi agama minoritas memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf, sementara provinsi yang didominasi muslim memenangkan Prabowo-Sandiaga Uno.
"Kita berpolitik secara keras sekali, padahal ujungnya bersatu kembali. Sekali lagi, ini hentakan bahwa dalam politik tak ada kawan atau musuh yang abadi. Yang abadi adalah kepentingan," katanya.
Bersatunya dua tokoh, yakni Jokowi dan Prabowo, kata dia, menjadi referensi yang paling kuat untuk ajang pesta demokrasi selanjutnya agar berpolitik secara rileks.
Diakui Denny, LSI menemukan efek Pilpres 2019 memang membuat kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara turun, seiring maraknya kampanye negatif, politisasi agama, dan masifnya penyebaran hoaks.
Namun di sisi lain, kata dia, LSI juga menemukan hal lain yang bisa ditafsirkan bertambah kuatnya situasi politik di Indonesia, yakni bersatunya dua capres setelah kontestasi Pilpres 2019.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat