Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        DKI Jakarta Rawan Bencana Karena Kondisi Tanah dan Air, Anies dkk Diminta Waspada!

        DKI Jakarta Rawan Bencana Karena Kondisi Tanah dan Air, Anies dkk Diminta Waspada! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Ada sejumlah potensi bencana yang mengintai DKI Jakarta, dari gempa bumi, gunung meletus, pergerakan tanah, sampai banjir. Untuk itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Pemprov DKI meningkatkan mitigasi bencana.

        Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, Jakarta pernah diguncang gempa besar setidaknya tiga kali dalam kurun satu abad per kejadian. Masing-masing terjadi pada 5 Januari 1699, kemudian 22 Januari 1780, dan 10 Oktober 1834.

        ?Buat mitigasi khusus untuk transportasi umum seperti LRT, MRT, KRL. Karena tanpa ada mitigasi yang baik, para pengguna transportasi ini bisa terjebak dalam kondisi yang buruk jika terjadi bencana. Segera lapor ke Gubernur untuk mengambil langkah,? kata Doni Monardo seperti dikutip dari laman resmi BNPB, Minggu (29/12/2019).

        Baca Juga: Keluhkan Langkah Pemprov DKI Jakarta, APPBI Puji Terobosan Kemenkop UKM

        Menurut penelitian, Jakarta masih masuk dalam wilayah yang dipengaruhi oleh tiga zona patahan; Patahan Baribis, Patahan Kendeng dan Indo-Australia yang terletak di selatan Pulau Jawa.

        Doni meminta BPBD DKI Jakarta mementingkan upaya mitigasi, khususnya untuk infrastruktur sarana transportasi massal dan obyek vital, karena bagaimanapun keselamatan masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah daerah.

        Selain gempa, potensi ancaman bencana bagi Jakarta juga datang dari gunung api. Doni menyinggung peristiwa Gunung Krakatau yang meletus dan berdampak bagi wilayah Selat Sunda hingga Jakarta pada abad 18. Selain itu potensi gunung api bisa saja datang dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun Salak.

        Pada Jumat (27/12/2019), Doni Monardo berkunjung ke Kantor BPBD DKI Jakarta, sekaligus meminta pemerintah provinsi setempat meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bencana.

        Mantan Danjen Kopassus itu juga memaparkan tentang fenomena pergerakan tanah berupa penurunan permukaan tanah yang terjadi di Jakarta khususnya wilayah pesisir utara. Penggunaan air tanah yang berlebihan dan pesatnya pembangunan gedung bertingkat menjadi faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut.

        Jakarta sendiri menjadi kota dengan penurunan tanah yang tercepat di dunia. Di sisi lain, kandungan air tanah di Jakarta sudah banyak tercemar oleh zat yang berbahaya.

        ?Penurunan muka tanah di Jakarta menjadi yang tercepat di dunia. Air tanah di DKI Jakarta juga sudah tercemar dan tidak layak konsumsi. Cisadane, Citarum dan Ciliwung menjadi tiga sungai besar yang melewati Jakarta dan mengandung timbal hingga merkuri,? kata Doni.

        Pemprov DKI juga diminta mewujudkan penghijauan kota dengan menanam pohon, sebagai solusi atas buruknya kualitas udara karena polusi kendaraan bermotor dan minimnya hutan kota yang berdampak pada kesehatan warga.

        Doni juga mengungkapkan potensi ancaman bencana dari kegagalan teknologi dan human error, mengingat banyaknya kawasan industri di seputaran Jabodetabek.

        ?Gagal teknologi bisa jadi ancaman terutama di wilayah barat kota Jakarta. Banyak sekali pabrik dan industri yang apabila terjadi kegagalan teknologi dapat menjadi potensi ancaman bagi Jakarta,? ujarnya.

        Dia juga berpesan agar Pemprov DKI serius mengatasi bencana tahunan seperti banjir.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: