Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Loyo di Asia-Pasifik, AS Ingin Kerahkan Rudal Hipersonik di Timur Filipina dan Taiwan

        Loyo di Asia-Pasifik, AS Ingin Kerahkan Rudal Hipersonik di Timur Filipina dan Taiwan Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Washington -

        Militer Amerika Serikat (AS) berencana mengerahkan satuan tugas khusus ke Pasifik yang mampu mengumpulkan informasi, melancarkan operasi elektronik, siber dan rudal terhadap China.

        Rencana itu diungkap dalam laporan Bloomberg terbaru.

        "Satuan tugas yang tampaknya akan berbasis di pulau-pulau timur Filipina dan Taiwan itu akan dilengkapi kemampuan menyerang target darat dan laut dengan sepersenjataan presisi jarak jauh, seperti rudal hipersonik, untuk membersihkan jalan bagi kapal-kapal Angkatan Laut jika terjadi konflik," papar laporan Bloomberg, dilansir Reuters.

        Baca Juga: Usai Mancing Perang Iran, Trump Jadikan Jenderal Soleimani Bahan Kampanye

        "Unit militer itu akan membantu menetralkan beberapa kemampuan China dan Rusia yang kini dimiliki yang bertujuan membuat armada kapal induk AS menjauh dari benua Asia," ujar Sekretaris Angkatan Darat AS Ryan McCarthy saat wawancara dengan Bloomberg.

        McCarthy hadir dalam acara di Washington pada Jumat (10/1/2020) untuk memberikan rincian tentang bagaimana militer AS akan beroperasi di Indo-Pasifik.

        "Rencana mengerahkan satuan tugas itu akan didukung kesepakatan baru dengan Kantor Pengintaian Nasional yang mengembangkan dan mengelola satelit mata-mata AS," papar McCarthy pada Bloomberg.

        Baca Juga: Kim Jong-un Ultah, Trump Kirim Ucapan Selamat

        Reuters belum mendapat komentar dari militer AS.

        Indo-Pasifik menjadi ajang perebutan pengaruh antara AS dan China. Militer China semakin agresif di wilayah Asia Pasifik, terutama di perairan sengketa Laut China Selatan.

        Meningkatnya aktivitas militer China di kawasan itu memicu kekhawatiran berbagai negara di Asia, terutama karena Beijing mengklaim perairan di Laut China Selatan.

        AS berupaya keras melawan klaim wilayah China dengan secara rutin menggelar operasi kebebasan navigasi. Beijing berulang kali mengecam operasi kebebasan navigasi oleh AS itu sebagai tindakan melanggar kedaulatan China.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: