Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hasil Riset Ungkap Proses Menghilangnya Bangsa Viking di Greenland karena...

        Hasil Riset Ungkap Proses Menghilangnya Bangsa Viking di Greenland karena... Kredit Foto: SINDOnews
        Warta Ekonomi, Nuuk -

        Baru-baru ini ada sebuah riset menjelaskan alasan perginya bangsa Viking dari tempat tinggal mereka di Greenland, Denmark. Penelitian itu mendapati bahwa kondisi ekonomi memaksa mereka pergi dari pulau terbesar di dunia itu.

        Seperti diwartakan Gizmondo, Senin (13/1/2020) runtuhnya perekonomian kaum Viking di Greendland akibat minimnya perdagangan gading Walrus. Sulitnya pasokan disebabkan ulah mereka yang terlalu banyak memburu hewan tersebut.

        Pemukiman Viking di Greenland didirikan oleh Erik the Red sekitar 985 Masehi. Koloni Norse ini berlangsung selama berabad-abad namun ditinggalkan pada tahun 1400-an.

        Baca Juga: PM Denmark: Greenland Adalah Greenland!

        Pada masa itu, gading Walrus merupakan komoditas bernilai besar di Eropa. Viking menggunakan perdagangan gading tersebut sebagai penopang utama perekonomian mereka.

        Orang-orang Eropa dengan senang hati berdagang barang-barang seperti besi dan kayu untuk gading. Komoditas itu mereka gunakan sebagai bahan baku perhiasan, potongan catur dan barang hiasan lainnya

        Pada abad ke-11, hampir semua gading yang diperdagangkan di seluruh Eropa berasal dari Greenland. Kendati, seiring waktu sumber pemasukan utama Viking itu terbukti merupakan cara yang tidak berkelanjutan untuk mempertahankan ekonomi.

        Minimnya populasi Walrus akibat terlalu banyak diburu membuat pasokan gading menipis. Hal tersebut pada akhirnya meruntuhkan perekonomian bangsa Skandinavia tersebut.

        Periset dari Universitas Oslo Bastiaan Star mengatakan, perdagangan Gading walrus telah lama dianggap sebagai elemen penting dari ekonomi Norse Greenland. Penelitian menemukan bukti bahwa hewan tersebut dieksploitasi secara berlebihan.

        ?Kami menemukan bukti yang menunjukkan bahwa hewan itu diburu semakin jauh dari pemukiman di selatan. Pengamatan seperti itu mencerminkan pola klasik eksploitasi berlebihan," katanya.

        Minimnya pasokan gadung walrus kemudian diperburuk dengan masuknya perdagangan gading Gajah dari Afrika ke Eropa pada abad ke-13. Ukuran gading yang lebih besar membuat perdagangan gading tersebut cepat populer di Benua Biru.

        "Ukuran gading gajah lebih besar dari gading walrus sehingga lebih mudah untuk diolah menjadi apapun," ucap dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: