AS Cabut Tuduhan China sebagai Manipulator Mata Uang, Mark Sobel: Seharusnya. . . .
Tuduhan bahwa China melakukan praktik manipulasi mata uang yang dulu sempat digaungkan AS kini tak lagi berlaku. Pasalnya, Departemen Keuangan AS telah mencabut tuduhan tersebut sehari jelang penandatanganan perjanjian dagang pada Rabu (15/01/2020) esok.?
Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan bahwa pencabutan tuduhan itu menjadi salah satu bagian dari perjanjian dagang tahap I dan juga China telah membuat komitmen perihal kebijakan nilai tukar mata uangnya.
Baca Juga: H-2 Kopi Darat Trump-Xi Jinping, Steven Mnuchin: Deal Dagang Aman!
"China telah membuat komitmen yang dapat ditegakkan untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif dan setuju untuk menerbitkan data yang relevan tentang nilai tukar dan saldo eksternal," imbuh Mnuchin dikutip dari Reuters, Jakarta, Selasa (14/01/2020).
Di sisi lain, laporan mata uang menerangkan bahwa yuan telah terdepresiasi hingga 7,18 per dolar AS pada awal September lalu dan pulih satu bulan setelahnya.?
"Dalam konteks ini, Departemen Keuangan telah menepatkan bahwa China seharusnya tidak lagi ditunjuk sebagai manipulator mata uang saat ini," jelas laporan tersebut.
Baca Juga: Sekali Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui: Rupiah Tenggelamkan Dolar AS dan Jadi Nomor 1 di Dunia!
Menguatkan pernyataan laporan itu, mantan pejabat senior Departemen Keuangan dan penasihat kebijakan ekonomi OMFIF London, Mark Sobel, mengatakan bahwa tuduhan China sebagai manipulator mata uang seharusnya tak pernah terjadi karena negara Tirai Bambu itu hanya mengelola mata uangnya, bukan memanipulasi.
"Seharusnya tidak pernah terjadi. China mengelola, tetapi tidak memanipulasi mata uangnya," tegas Mark Sobel.?
Sebagai pengingat, saat puncak ketegangan AS-China pada Agustus 2019 lalu, Mnuchin secara mengejutkan menyebut China telah melakukan praktik licik atas nilai tukar yuan, yakni sengaja menekan nilai yuan untuk menciptakan keuntungan perdagangan yang tidak adil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih