Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Iran Kuat Bayar? 5 Negara Korban Pesawat Jatuh Ini Minta Uang Kompensasi

        Iran Kuat Bayar? 5 Negara Korban Pesawat Jatuh Ini Minta Uang Kompensasi Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, London -

        Lima negara yang warganya meninggal ketika Iran menembak jatuh sebuah pesawat komersial Ukraina pekan lalu menuntut Teheran untuk membayar kompensasi kepada keluarga para korban. Lima negara itu adalah Kanada, Ukraina, Swedia, Afghanistan dan Inggris.

        Para menteri luar negeri kelima negara itu mengatakan Iran harus membuka penyelidikan internasional yang menyeluruh, independen dan transparan terbuka untuk negara-negara yang sedang berduka.

        Baca Juga: Iran Klaim Tangkap Penyebar Video Penembakan Pesawat Ukraina, Presiden Rouhani Bilang...

        Sebanyak 176 orang di dalam pesawat Ukraine International Airlines meninggal ketika pesawat itu ditembak oleh rudal pada Rabu pekan lalu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran. Pesawat saat itu sedang terbang menuju Kiev, Ukraina.

        Sekitar 57 dari korban adalah warga negara Kanada dan 138 lainnya terbang ke Kanada. Korban tewas juga termasuk 11 Ukraina, 17 orang dari Swedia, empat warga Afghanistan dan empat warga negara Inggris, dan sisanya warga Iran.

        "Kami menilai Iran setiap hari, berdasarkan permintaan," kata Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne, setelah pertemuan tersebut, seperti dikutip CTV News, Jumat (17/1/2020).

        Pertemuan itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok. Dia bergabung dalam pembicaraan untuk memberikan pengarahan tentang pengalaman Belanda memimpin penyelidikan selama lima tahun atas penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 di atas wilayah udara Ukraina.

        Tragedi pesawat Malaysia kala itu menewaskan 289 orang yang sebagian besar warga Belanda. Hasil penyelidikan itu menyalahkan Rusia.

        Dalam tragedi pesawat komersial Ukraina, kelima negara telah menuntut Iran untuk berurusan dengan mereka dalam memberikan kompensasi kepada keluarga korban, dan memastikan investigasi yang transparan terhadap jatuhnya pesawat.

        Baca Juga: Media AS Bocorkan Rekaman Video Detik-detik Pesawat Ukraina Ditembak Rudal

        "Komunitas internasional mengawasi. Saya pikir kami mengambil langkah positif pertama bahwa Iran mengakui tanggung jawab penuh," kata Champagne, yang diapit empat menteri luar negeri lainnya.

        "Dari pengakuan itu, jelas, mengalir konsekuensi dan kami mengharapkan dan menuntut kerja sama penuh dari otoritas Iran dalam setiap langkah layanan konsuler, identifikasi jasad, penyelidikan dan penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab," ujarnya.

        Polisi Kanada (RCMP), misalnya, membuat profil DNA para korban di Kanada untuk membantu Iran mengidentifikasi jenazah, namun sejauh ini belum menerima undangan resmi untuk membantu.

        Kelima negara juga menyerukan kepada Iran untuk menghormati keinginan keluarga para korban untuk memulangkan jenazah.

        Baca Juga: Iran Tembak Jatuh Ukraine International Airlines, PM Kanada Salahkan AS

        Iran sendiri menyatakan hanya segelintir korban yang memiliki hubungan dengan Kanada, yan faktanya memang sebagian besar korban yang diklaim Kanada sebagai warganya memiliki kewarganegaraan ganda Kanada-Iran.

        Teheran awalnya menyangkal telah menembak jatuh pesawat komersial Ukraina itu. Namun, beberapa hari kemudian pemerintah dan militer mengakuinya sebagai insiden tak sengaja. Mereka meminta maaf dan mengakui apa yang mereka sampaikan sebelumnya merupakan kesalahan.

        Penembakan pesawat Ukraina itu terjadi di saat situasi tegang antara Iran dan Amerika Serikat. Pesawat ditembak jatuh beberapa jam setelah Iran menembakkan belasan rudal balistik ke markas-markas militer AS di Irak.

        Serangan rudal itu sebagai awal dari balas dendam atas pembunuhan jenderal top Iran, Qassem Soleimani, oleh serangan udara Amerika di Baghdad beberapa hari sebelumnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: