Pentolan Iran Mengecam: Prancis, Inggris, dan Jerman Adalah Boneka AS!
Pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut trio Eropa: Inggris, Prancis dan Jerman sebagai boneka Amerika Serikat (AS). Pernyataan itu diutarakan Khaimeni menyusul keputusan tiga negara Eropa itu yang mengaktifkan mekanisme penyelesaian sengketa perjanjian nuklir 2015.
Khaeimeni spontan mengecam keputusan tersebut. Langkah tersebut dinilainya membuktikan bahwa tiga negara Eropa tersebut hanya melayani kepentingan AS. "Orang-orang Eropa telah menunjukkan bahwa mereka adalah boneka AS", kata Ayatollah Khamenei.
"Mereka menunggu untuk melihat orang-orang Iran berlutut," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (18/1/2020).
Baca Juga: Menyalak ke Amerika, Iran: Presidenmu Muka Dua!!
Khamenei menyatakan bahwa pihak-pihak dari Eropa dalam perjanjian nuklir 2015 tidak bisa dipercaya. Prancis, Inggris dan Jerman mengkonfirmasi bahwa mereka telah meluncurkan mekanisme perselisihan kesepakatan nuklir Iran.
Mekanisme ini dibuat untuk menangani kemungkinan adanya pelanggaran perjanjian yang ditandatangi oleh Iran, China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman pada 2015 lalu.
Perjanjian itu bertujuan untuk membatasi program nuklir Iran dan menghilangkan persediaan uranium menengah dan rendah. Sebagai imbalannya, sanksi internasional terhadap Iran dicabut.
Baca Juga: Pemimpin Tertinggi Iran: Trump adalah Badut
Namun, AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu pada 2018. AS juga memberlakukan sanksi energi dan perbankan terhadap Iran.
Langkah AS ini mendorong Teheran untuk mulai secara bertahap mengurangi kewajibannya yang diatur dalam perjanjian tersebut. Menyusul perkembangan, Iran terus menyerukan pihak penandatanganan Eropa di perjanjian untuk menghormati kewajiban mereka dan melindungi Teheran dari sanksi AS, tetapi tidak berhasil.
Menyusul pembunuhan jenderal top Iran Qassem Soleimani oleh AS, Iran mengumumkan pada 5 Januari lalu bahwa mereka tidak akan lagi memenuhi kewajiban perjanjian yang tersisa dan akan mulai memperkaya uranium berdasarkan kebutuhan teknisnya.
Kematian komandan militer Iran itu diikuti dengan serangan balasan Teheran terhadap fasilitas militer AS di Pangkalan Udara Ayn al-Asad dan fasilitas di Erbil Irak pada 8 Januari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: