Sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK) dengan 1.100 jiwa di Bojongasih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung masih terendam.
Berdasarkan pantauan di lokasi, mobilitas warga terhambat dan sebagian menggunakan ojek perahu untuk menuju tempat kerja dan berkegiatan lainnya.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, dulu banjir ada tapi lima tahun sekali, namun akhir-akhir ini setahun bisa empat kali.
?Pemerintah sedang memikirkan solusinya. Kita terus jalin koordinasi dengan Pemkab. Jangan dibiarkan, kasin masyarakat,? kata Uu saat meninjau banjir di Bojongasih, Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Selasa (28/1/2020).
Baca Juga: Asuransi Sinar Mas Bayar Klaim Akibat Banjir Rp1,22 Miliar
Baca Juga: Emil Bilang Jabar Pilihan Pertama Tempat Berinvestasi, Asalkan...
Uu menyarankan agar dibuat sodetan sehingga air cepat mengalir dan tidak menggenang terlalu lama. Dia juga mendapatkan laporan dari warga ada pabrik yang diduga membuang limbah industrinya ke lokasi banjir.
?Tadi saya ngobrol sama warga, kalau banjir begini limbah pabrik banyak, ada batubara juga jadi bau. Kami minta satgas mencari pembuang limbah itu. Kasihan warga. Nanti kita cek dan laporkan.? ungkapnya.
Adapun, Ketua RW 03 Bojongasih, Eko Kandawirya mengatakan bahwa pada 7 Desember 2019 efek Terowongan Jompong sempat dirasakan. Saat itu banjir hanya sebentar saja (bandang).
?Tapi saat itu hujanya tidak terus mengguyur. Sekarang sudah empat hari menggenang,? katanya.
Dia menduga bahwa banjir ini gara-gara Jompong belum diresmikan dan ditutup sebelum diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo.
?Seharusnya buka saja, inikan bencana. Meski besok baru di resmikan pak Jokowi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: