PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN memilih langkah hati-hati di tahun tikus logam mengingat kondisi geopolitik dan ekonomi masih belum menentu. Kendati demikian, perseroan tetap akan berfokus di sektor perumahan yang memiliki dampak positif lanjutan ke perekonomian Indonesia.
Direktur Utama Bank BTN Pahala N Mansury?menuturkan 2019 bukan era yang mudah. Berbagai faktor, lanjutnya, telah membuat ekonomi global bergejolak yang berdampak pada ekonomi nasional dan masih terus berlanjut di 2020.
Mengamati faktor-faktor tersebut, Pahala menyebutkan pihaknya menerapkan rencana bisnis yang lebih hati-hati pada tahun kabisat ini.
Baca Juga: Saham BTN Bertengger Lagi di Jajaran LQ45, Efek Pahala Mansury?
"Tahun ini kami memasang target konservatif pertumbuhan kredit di level 10%. Pasalnya, kami masih terus memantau perkembangan ekonomi global dan nasional, serta daya beli masyarakat pada 2020," jelas Pahala dalam BTN Market Outlook 2020 bertajuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menjawab Ketidakpastian Global di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Pahala merinci, dalam dua tahun terakhir, berbagai peristiwa telah meningkatkan ketidakpastian global. Di antaranya, perang dagang antara Amerika dan Tiongkok berpotensi berlanjut meski kesepakatan fase I telah ditandatangani.
Kemudian masa depan Inggris yang masih dipertanyakan usai resmi hengkang dari Uni Eropa (Brexit). Lalu, ketegangan antara Amerika dan Iran yang terus memanas hingga penyebaran virus corona yang diproyeksi menyebabkan Tiongkok akan kehilangan momentum untuk tumbuh lebih tinggi.?
"Kondisi perekonomian global tersebut belum mampu mendorong volume perdagangan global. Akibatnya, harga komoditas global belum terakselerasi," ucapnya.
Padahal, lanjut dia, banyak provinsi di Indonesia yang masih bergantung pada komoditas sebagai tumpuan ekonominya. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan pada kisaran 5%.
Menilik pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, Pahala memilih opsi konservatif. Kendati mematok target konservatif, Pahala menuturkan pihaknya tetap berfokus pada bisnis utama, yakni perumahan.
"Kami akan memaksimalkan penggarapan sektor perumahan di berbagai sentra ekonomi daerah di Tanah Air. Namun, tetap memerhatikan perkembangan di daerah itu, terutama yang terdampak penurunan harga komoditas," paparnya.
Fokus perseroan pada sektor perumahan juga dinilai Pahala sejalan dengan masifnya pembangunan infrastruktur di seluruh nusantara. Langkah perseroan mempertahankan fokus ke perumahan juga digelar mengingat sektor ini memiliki multiplier effect bagi 170 industri terkait lainnya.
Sektor perumahan pun dipandang masih memiliki ruang gerak yang cukup luas di Indonesia. Sebab, gap antara kebutuhan rumah baru dengan kapasitas bangun para pengembang masih tinggi. Belum lagi, masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan di bawah MBR yang unbankable.
Baca Juga: Pejabatnya Diduga Korupsi Rp50 Miliar, BTN: Kami Hormati Proses Hukum
"Kontribusi sektor perumahan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia baru mencapai 3%, artinya masih besar peluang untuk mengakselerasi industri ini. Apalagi sektor ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang," tutur Pahala.
Dukungan pemerintah di sektor perumahan subsidi pun dinilai masih akan menjadi angin segar bagi industri ini. Pemerintah sejak 2015 mendukung sektor perumahan melalui Program 1 Juta Rumah. Apalagi, rencana pengalihan subsidi energi ke perumahan subsidi dinilai akan menaikkan jumlah unit terbangun.
Skenarionya, sebut Pahala, jika dana tambahan yang dikucurkan berkisar Rp1 triliun-Rp25 triliun, maka unit terbangun bisa mencapai 8.000-200 ribu unit untuk program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Kemudian, untuk program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2PT) dapat menambah 20 ribu-260 ribu unit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: