Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Basi! Tradisi 'Bakar Uang' di Industri Dompet Digital Udah Nggak Zaman

        Basi! Tradisi 'Bakar Uang' di Industri Dompet Digital Udah Nggak Zaman Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penelitian Ipsos bertajuk "Evolusi Industri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang" menyebutkan bahwa tradisi "bakar uang" (promosi besar-besaran) demi meraup konsumen sebanyak-banyaknya di industri dompet digital dinilai sudah usang.

        Dalam penelitian ini, ada empat pemain utama di industri dompet digital Indonesia, yaitu GoPay, Ovo, Dana, dan LinkAja. Dari tiga indikator kepemimpinan pasar (jumlah transaksi pertama, jumlah transaksi mereka yang pernah menggunakan dompet digital, jumlah transaksi berulang), hasil penelitian menemukan bahwa GoPay menempati urutan pertama di seluruh indikator tersebut.

        Baca Juga: Berkat Kehadiran GoPay, Gojek Kembali Masuk Startup Pengubah Dunia

        Dalam meneliti lebih lanjut tentang pengalaman generasi muda dalam mengadopsi dompet digital, Ipsos menemukan bahwa 71% dari generasi muda termotivasi untuk menggunakan dompet digital pertama kalinya kalinya karena adanya promo.

        Namun, seiring mereka terbiasa dengan kenyamanan yang ditawarkan dompet digital, loyalitas mereka tidak lagi ditentukan semata-mata oleh promo. Beberapa aspek yang diinginkan oleh konsumen dari dompet digital adalah kenyamanan (68%), promosi (23%), dan keamanan (9%).

        Olivia Samosir, Research Director Customer Experience, Ipsos Indonesia, mengungkapkan, penelitian ini unik karena pertama kalinya mereka menanyakan ke konsumen generasi muda tentang kesediaan mereka untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo.

        "Ternyata, 54% dari konsumen mengatakan akan tetap menggunakan GoPay meskipun tidak ada promo. Kategori konsumen ini bisa disebut sebagai 'pengguna organik'. Sisanya, 29% akan tetap menggunakan Ovo, 11% tetap menggunakan Dana, dan 6% menggunakan LinkAja," ujarnya di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

        Olivia menambahkan, Ipsos juga menemukan bahwa loyalitas konsumen untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo tergantung pada kualitas layanan. Hasil penelitian mengatakan GoPay mempunyai pengguna organik tertinggi karena konsumen menilai GoPay paling unggul dalam aspek keamanan (76%), kepraktisan (77%), inovasi (72%), layanan pelanggan (73%), serta dapat diterima di mana-mana (76%).

        Menanggapi hasil penelitian Ipsos, Poltak Hotradero, Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia, memaparkan, inilah saatnya bagi para penyelenggara dompet digital untuk beralih dari pola pikir grow at all cost ke pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan jika mereka terus ingin hadir untuk melayani konsumen.

        "Praktik 'bakar uang' memakan biaya yang tinggi dan dapat menghasilkan distorsi atas gambaran konsumsi masyarakat yang sesungguhnya," ungkapnya.

        Poltak menambahkan, merujuk pada potensi yang luas di transaksi mikro di sektor keuangan dan manfaat yang telah dirasakan oleh para pengguna saat ini, animo masyarakat untuk menggunakan dompet digital akan tetap tinggi walaupun para pemain sudah tidak lagi "membakar uang".

        "Yang terpenting adalah para pemain meningkatkan faktor keamanan dan kenyamanan layanannya bagi para pengguna," paparnya.

        Sementara itu, Budi Gandasoebrata, Managing Director GoPay, menuturkan, sejak awal berdiri, promosi bukan menjadi strategi utama GoPay untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen karena promosi saja tidak cukup untuk menciptakan loyalitas.

        "Salah satu keunggulan GoPay adalah kami sangat cermat dan strategis dalam mengombinasikan strategi promosi yang efektif dengan strategi perluasan fungsi sehingga GoPay bisa digunakan sebagai alat pembayaran untuk berbagai kebutuhan transaksi sehari-hari konsumen. Kecermatan kami dalam mengombinasikan dua strategi inilah yang membuat pengguna tetap menggunakan GoPay meskipun tanpa promo. Strategi ini juga dipandang sebagai keunggulan oleh para investor," jelasnya.

        Adapun penelitian Ipsos yang melibatkan 500 responden di lima kota besar di Indonesia: Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Palembang, dan Manado ini dilakukan dengan wawancara tatap muka. Sementara, responden didominasi oleh kalangan dari segmen milenial dan generasi Z dengan kelas ekonomi menengah ke bawah yang memiliki potensi terbesar sebagai pengguna dompet digital. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 20 Desember 2019-5 Januari 2020. Margin of error dari penelitian ini adalah 2%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: