Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sejarah SilverQueen, Cokelat Enak Mendunia Buatan Asli Indonesia

        Sejarah SilverQueen, Cokelat Enak Mendunia Buatan Asli Indonesia Kredit Foto: Instagram/silverqueenid
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        SilverQueen kini populer sebagai merek cokelat ternama di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Produk ini merupakan produk kebanggaan yang dimiliki Indonesia. Di bawah PT Petra Food, Silver Queen menjadi merek cokelat dengan topping kacang mede terkenal di berbagai penjuru.

        PT Petra Food terletak di Garut, Jawa Barat dengan nama pertamanya ialah NV Ceres. Perusahaan ini berdiri pada zaman kolonial Belanda, NV Ceres mulanya dimiliki oleh orang Belanda yang kemudian menjual perusahaan tersebut.

        Ialah Ming Chee Chuang, seorang pemuda asal Burma keturunan Tionghoa yang mendapat kesempatan untuk mengambil alih NV Ceres. Menjadi sebuah perusahaan besar pada zaman kolonial membuat Chuang tidak tenang melakukan bisnisnya.

        Baca Juga:?Sosok Giovanni Ferrero, CEO Cokelat Terlaris Nutella

        Tahun 1950-an, Chuang pun mulai beraksi. Aksinya diawali dengan merubah nama NV Ceres menjadi PT Perusahaan Industri Ceres. Saat itu produk yang dikeluarkan berupa biskuit wafer dengan nama Ritz. Produksi biskuit wafer Ritz ini pun dilakukan pada tahun 1951.

        Sayangnya Nabisco Foods mengklaim biskuit wafer Ritz tersebut. Hal ini lantaran merek Ritz sudah hadir sejak tahun 1949 yang didirikan oleh pengusaha asal Belanda.

        Tak menyerah, PT Perusahaan Industri Ceres pun melakukan perjuangan atas hak nama Ritz. Usaha tersebut membuahkan hasil, Ritz pun menjadi merek wafer milik Ceres. Di tahun 1950-an lah perusahaan ini memproduksi sebuah coklat batangan, yang kini kita kenal sebagai Silver Queen.

        Tahun 1950an, ada program yang dikenal dengan Program Banteng yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Program ini ditujukan untuk perusahaan yang berstatus perusahaan asing. Namun sayang sekali Chuang tidak mendapatkan kesempatan tersebut.

        Chuang pun tak kehabisan akal untuk memproduksi berbagai coklat dan produk yang menarik. Hingga suatu saat Chuang mencampurkan adonan coklat dengan kacang mede, yang kemudian dikemas menjadi coklat batangan dan dilabeli dengan nama Silver Queen yang memang sudah menjadi brand.

        Hingga akhirnya pada tahun 1955, pabriknya dipindahkan ke Bandung karena pemesanan dalam jumlah besar saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (K.A.A. di Bandung).

        Saat itu Chuang mendapat pesanan cokelat dari Presiden Soekarno. Ia ditugaskan untuk memproduksi coklat untuk acara KAA. Hal itulah yang membuat Chuang memindahkan perusahaannya yang semula di Garut ke Bandung.

        Seiring berjalannya waktu, Ming Chee Chuang mewariskan perusahaannya kepada anak laki-laki tertuanya yang bernama John Chuang. John pun menjadi CEO dari perusahaan tersebut, yang juga mengontrol keuangan perusahaan.

        Sementara itu Joseph Chuang, adik dari John mendapat jatah untuk mengurus food service dan urusan pabrik.

        Hingga pada tahun 1984, anak-anak dari Chuang mendirikan sebuah perusahaan bernama Petra Food, yang juga memiliki kantor pusat di Singapura. PT Perusahaan Industri Ceres pun menjadi salah satu bagian dari Petra Food dengan beragam produk yang juga menjadi merek andalan mereka, seperti Delfi, Silver Queen, Ritz, Biskuit Selamat, Chunky, wafer Briko, Top dan juga meises Ceres.

        Selama tahun 1987 sampai 1989, perusahaan keluarga Chuang ini pun semakin berkembang. Adapun pencapaiannya yakni pengadaan bahan baku dari Thailand. Di tambah dengan program kerjasama dengan industrial Jepang.

        Konon, Silver Queen menjadi cokelat terenaknya Presiden Soekarno. Boleh jadi beliau telah mencicipinya sebelum KAA sehingga Chuang mendapatkan order besar saat perhelatan besar itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: