Epidemi Corona Ciptakan Ancaman Resesi Ekonomi untuk Jepang dan Singapura
Jepang dan Singapura tampaknya berada di ambang resesi saat epidemi virus corona mengganggu pariwisata dan rantai pasok seluruh dunia. Hal itu terjadi saat China memberlakukan pembatasan keras untuk menghentikan meluasnya penyebaran virus.
Jumlah kasus baru virus corona di Provinsi Hubei, pusat epidemi, meningkat pada Senin dengan lebih dari 1.933 kasus dan tercatat 100 kematian dilaporkan sejak Minggu (16/2/2020).
Baca Juga: Dampak Virus Corona, Jepang Siap Pulihkan Kondisi
Di seluruh daratan China, otoritas mengatakan jumlahnya meningkat dari 2.048 menjadi 70.548 kasus, dengan 1.770 kematian. Hampir 90 persen kasus baru terjadi di Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang di mana virus itu diyakini berasal dari pasar yang memperdagangkan satwa liar secara ilegal akhir tahun lalu.
Virus yang diyakini memiliki masa inkubasi 14 hari, telah mengakibatkan ribuan orang dikarantina di seluruh dunia. Di Kamboja, pihak berwenang segera melacak ratusan penumpang yang turun dari kapal pesiar Holland America Line, Westerdam, setelah seorang perempuan Amerika meninggalkan kapal dan dites positif terjangkit virus corona di Malaysia.
Lebih dari 100 orang telah meninggalkan negara itu, sementara sekitar 300 orang dilaporkan masih di Kamboja.
"Saya percaya ada 300 orang Amerika di hotel ini ditambah beberapa ratus dari negara lain. Kita semua akan diuji terkait virus corona hari ini dan besok oleh Kementerian Kesehatan Kamboja," Holley Rauen, penumpang kapal tersebut yang berprofesi perawat kesehatan masyarakat dan bidan dari Fort Myers, Florida.
"Kami tidak tahu kapan kita sampai di rumah ..." ujarnya melanjutkan.
Warga Amerika lain dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess yang tertambat di Yokohama, Jepang, setelah dikarantina selama dua minggu. Sebanyak 70 kasus baru virus corona dikonfirmasi di atas kapal itu.
Dari 3.700 penumpang dan awak yang diisolasi di kapal tersebut sejak 3 Februari lalu, sekitar 355 orang di dalamnya telah dinyatakan positif mengidap penyakit itu. Ini merupakan kelompok kasus terbesar di luar China. Mereka yang menderita penyakit ini telah dibawa ke rumah sakit di Jepang dan tidak ada seorang pun pasien dari kapal yang meninggal. Sekitar setengah dari tamu di dalam kapal berasal dari Jepang.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan pada Senin, Australia akan mengevakuasi lebih dari 200 warganya dari kapal. Kekhawatiran tentang penyebaran penyakit meningkatkan kemungkinan bahwa penyelenggara dapat memangkas jumlah peserta di Tokyo Marathon bulan depan.
Di luar China, lebih dari 500 infeksi telah dikonfirmasi, sebagian besar pada orang yang melakukan perjalanan dari kota-kota China, dengan lima kematian yakni di Jepang, Filipina, Hong Kong, Taiwan, dan Prancis.
Setelah liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang, warga China harus segera kembali bekerja.
Tetapi beberapa kota tetap terkunci, jalan-jalan sepi, karyawan gelisah, dan larangan bepergian serta perintah karantina diberlakukan di seluruh negeri.
Banyak pabrik belum dibuka kembali sehingga menyebabkan gangguan rantai pasokan di China dan di luar negeri untuk produsen telepon pintar hingga produsen mobil.
Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah pada Senin, sebuah langkah yang diperkirakan akan membuka jalan bagi pengurangan suku bunga pinjaman utama pada Kamis (20/2/2020), untuk menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan yang terdampak virus.
Beijing juga telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan pemotongan pajak dan biaya yang ditargetkan dan bertahap untuk membantu bisnis.
Meski begitu, banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China melambat dan lembaga pemeringkat Moody's pada Senin merevisi turun perkiraan pertumbuhan PDB 2020 untuk China menjadi 5,2 persen.
Itu sebanding dengan pertumbuhan 5,7 persen yang dibutuhkan China tahun ini untuk memenuhi tujuan jangka panjangnya yaitu menggandakan PDB selama satu dekade hingga 2020, menurut seorang ekonom pemerintah.
Di Jepang, kerusakan yang berkaitan dengan virus terhadap ekonomi diperkirakan akan muncul pada kuartal saat ini. Hal itu memicu kekhawatiran resesi di ekonomi terbesar ketiga di dunia yang sudah melambat pada laju tercepat sejak kuartal kedua 2014.
Singapura yang bergantung pada perdagangan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2020 dan akan mengungkap langkah-langkah untuk meredam pukulan dari epidemi pada Selasa (18/2). Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa resesi adalah suatu kemungkinan.
Provinsi Hubei dan ibu kotanya, Wuhan, telah ditutup dan dikunci sejak 23 Januari, dengan sekolah, kantor dan pabrik ditutup dan sebagian besar perjalanan dihentikan.
Namun demikian, pembatasan diperketat di Hubei pada Ahad dengan larangan kendaraan, terlepas dari layanan penting, dan perusahaan mengatakan untuk tetap tutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Rantai makanan cepat saji seperti McDonald's Corp dan Starbucks Corp meningkatkan layanan penjemputan dan pengiriman "tanpa kontak" di China untuk menjaga keselamatan pekerja dan pelanggan.
Pelanggan memesan dari jarak jauh melalui ponsel atau atau komputer di toko, dan karyawan membungkus makanan di kantong-kantong dan meletakkannya di tempat khusus untuk diambil melalui kontak antarmanusia, kata McDonald's di situs resminya.
Selama dua pekan terakhir polisi China telah menggerebek rumah, restoran, dan pasar darurat untuk menegakkan larangan menjual atau mengonsumsi hewan liar. Polisi telah menangkap hampir 700 orang.
Tindakan keras yang telah menjaring hampir 40.000 hewan termasuk tupai, musang, dan babi hutan, menunjukkan bahwa selera warga China untuk makan satwa liar dan menggunakan bagian-bagian hewan untuk keperluan pengobatan tidak mungkin hilang dalam semalam, meskipun ada potensi infeksi virus corona baru.
Para pedagang yang secara legal menjual keledai, anjing, rusa, buaya, dan daging lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka berencana untuk kembali ke bisnis begitu pasar dibuka kembali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: