PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) berhasil menutup tahun 2019 dengan hasil yang apik lewat pertumbuhan total pendapatan sebesar Rp5,2 triliun atau naik 4,4% dari pendapatan di tahun 2018, serta mempertahankan Non-Performing Financing (NPF) di angka 0,85%.
Di tahun 2019, industri multifinance mengalami ujian yang bertubi-tubi, mulai dari ketidakpastian ekonomi dan industri secara global karena dampak dari turunnya harga komoditas dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, adanya momentum pemilihan umum legislatif dan presiden, melambatnya bisnis otomotif, hingga likuiditas perbankan yang cukup ketat.
?Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan melambat dan terjadi kontraksi sebagai langkah antisipasi di semester I-2020, namun kami berhasil mengejar ketinggalan tersebut di semester II dengan membukukan nilai pembiayaan baru per kuartal tertinggi dalam dekade terakhir di kuartal IV-2020 serta menjaga kualitas aset yang superior,? ungkap Sudjono, Finance Director & Corporate Secretary BFI Finance, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Senin (24/2/2020).?
Baca Juga: Sengketa dengan APT Tuntas, Saham BFI Finance Bisa Terkerek 13%
Menurutnya, kinerja perusahaan ini didukung oleh prinsip kehati-hatian dengan kelolaan risiko yang terukur. Perusahaan juga berhasil menjaga kepercayaan mitra perbankan, baik mitra perbankan di dalam dan di luar negeri yang tercermin dari persentase cost of fund yang cukup stabil.
Terlepas dari kelolaan risiko dan berhasilnya BFI Finance membukukan kenaikan pendapatan, di tahun 2019 Perusahaan juga mencatat adanya kenaikan yang signifikan di biaya operasional. Kenaikan ini terjadi terutama terkait biaya penyelesaian kasus sengketa hukum dengan eks pemegang saham BFI Finance yang telah berlangsung sejak awal 2000. Biaya tersebut telah dicatat seluruhnya di tahun 2019, sehingga diharapkan kedepannya Perusahaan dapat tumbuh lebih sehat tanpa terganggu.
Baca Juga: Perbankan dalam Pembiayaan Iklim: Antara Prestasi dan Rapor Merah
Sebagai dampak dari biaya penyelesaian tersebut, laba sebelum pajak Perusahaan turun dari Rp1,8 triliun menjadi Rp1,1 triliun, sementara laba bersih konsilidasian menjadi Rp712 milyar.
?Dengan selesainya sengketa ini, maka kami dapat memfokuskan diri lebih baik untuk peningkatan bisnis dan operasional, dan diharapkan kinerja positif Perusahaan akan terus berlanjut,? Sudjono menambahkan.
Hingga Desember 2019, BFI Finance telah melebarkan sayap layanannya hingga ke penjuru Nusantara. Perusahaan telah membuka kantor operasional baru untuk pertama kalinya di Wonogiri, Pati, dan Pemalang. Dengan demikian, kantor operasional dan pemasaran BFI Finance sampai dengan akhir tahun lalu tersebar di 423 lokasi dengan 45 cabang diantaranya melayani pembiayaan syariah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: