Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jubir Kemenlu China Ngamuk ke AS: Kami Tak Akan Tinggal Diam!

        Jubir Kemenlu China Ngamuk ke AS: Kami Tak Akan Tinggal Diam! Kredit Foto: REUTERS/Jason Lee
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dengan lantang mengatakan tak akan tinggal diam terhadap penghinaan yang terpampang dalam surat kabar AS. China menilai bahwa opini di salah satu kolom The Wall Street Journal bertajuk "China is the Real Sick Man of Asia" merupakan sikap rasis yang mencoreng nama baik China.

        Dilansir dari South China Morning Post, Zhao mengatakan bahwa tajuk berita itu menuai kecaman dari warganet China lantaran dinilai sangat merendahkan dan melahirkan stereotip bahwa masyarakat China adalah penyakit.?

        Baca Juga: Sebut Kejagung Asal Angkut Aset Hanson, Kuasa Hukum Bentjok: Sampai Kolaps, Pegawai Gak Bisa Kerja!

        "China tidak akan menjadi negara domba yang diam dalam menghadapi penghinaan dan pencemaran nama baik," tegas Zhao dikutip pada Selasa (25/02/2020).

        Tak hanya lewat kata-kata, kekesalan Zhao juga ditunjukkan melalui aksi pengusiran terhadap tiga wartawan The Wall Street Journal (WSJ), tepat seminggu sebelum penyataan tersebut ia sampaikan. Namun, Zhao sangat menyanyangkan sikap WSJ yang terkesan cuci tangan dengan langsung mencabut kredensial milik wartawan yang meliput artikel tersebut.

        Baca Juga: Sebut Virus Corona Pasti Berdampak Besar pada Ekonomi, Xi Jinping Bersumpah. . . .

        "WSJ telah memalsukan masalah ini dan menghindari tanggung jawab dengan alasan independensi antara liputan berita dan opini," sambung Zhao.

        Menurut Zhao, pencabutan kredensial itu hanya upaya WSJ untuk menghindari tanggung jawab. Bahkan, secara tegas ia menilai WSJ bersikap pengecut karena tak berani meminya maaf atas insiden tersebut.

        "Itu tidak masuk akal. Siapa yang bertanggung jawab atas WSJ? Siapa yang harus minta maaf? WSJ memiliki arogansi untuk ekspresi kasar, tetapi kenapa tidak berani meminta maaf?" tegasnya lagi.

        Baca Juga: Saham BRI dan BCA Jadi Bulan-bulanan Investor Asing

        Asal tahu saja, sepotong opini yang menuai kontroversi itu merupakan tulisan dari seorang profesor di Bard College di New York, Walter Russel Mead. Dalam tulisannya, ia mengatakan bahwa krisis covid-19 (virus corona) adalah pengingat bahwa kekuatan China telah rapuh.

        "Hanya ada satu agensi media yang disebut WSJ. Karena bersikeras untuk menempuh jalannya sendri, itu harus menanggung konsekuensi yang sesuai," lanjut Zhao.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: