Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sulit Deteksi Virus Masuk, Iran Kini Jadi Pusat Wabah Selain China

        Sulit Deteksi Virus Masuk, Iran Kini Jadi Pusat Wabah Selain China Kredit Foto: Reuters/CNS Photo
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Pemerintah Iran mengumumkan terjadinya lonjakan kasus infeksi virus Corona dari 593 menjadi 978 kasus hanya dalam sehari. 54 orang telah meninggal dunia, namun laporan BBC menyebutkan angka sebenarnya lebih dari 200 orang.

        Setidaknya tujuh pejabat tinggi Iran termasuk Wakil Menteri Kesetan Iraj Harirchi, Wakil Presiden Masoumeh Ebtekar dan lima anggota parlemen dinyatakan positif terkena virus ini.

        Baca Juga: Banyak Pejabat Terjangkit Corona, Parlemen Iran Setop Rapat Kerja Penanggulangan Wabah

        Bahkan satu anggota parlemen meninggal karena terinfeksi virus corona.

        "Penyakit ini tak terlihat dan tidak terdeteksi masuk ke Iran," jelas Mike Ryan dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO pekan lalu.

        "Jadi tingkat infeksi mungkin lebih luas dari apa yang kita lihat," katanya.

        Tingginya tingkat kematian telah menimbulkan pertanyaan mengenai cara Pemerintah Iran menangani krisis.

        Infeksi virus korona yang terjadi di sejumlah Kanada, Norwegia, dan Selandia Baru, juga diketahui ada yang berasal dari Iran.

        Australia yang telah mengindentifikasi empat kasus dari Iran, termasuk penumpang Malindo Air dari Bali, telah memberlakukan larangan bagi siapa saja yang datang dari Iran untuk masuk ke Australia.

        Oman, Yordania, Kuwait, Irak dan Arab Saudi menangguhkan penerbangan ke Iran, sementara banyak negara tetangga menutup perbatasan mereka dengan republik Islam itu.

        Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton mengutip lonjakan kematian dan kasus baru sebagai alasan Australia melarang perjalanan dari Iran.

        Tapi pihaknya tidak memberlakukan larangan yang sama untuk Korea Selatan (dengan 3.150 kasus, 16 kematian) atau Italia (diketahui 1.128 kasus, 29 kematian).

        Pekan lalu sumber-sumber di rumah sakit di Iran melaporkan setidaknya 210 orang telah meninggal akibat virus corona.

        Media setempat mengutip Nahid Khodakarami, kepala komite kesehatan Kota Teheran, menyatakan "kemungkinan antara 10.000 hingga 15.000 orang di Iran terinfeksi virus corona".

        Iran memiliki 15 laboratorium pengujian untuk virus korona dan negara telah menerapkan berbagai langkah untuk membendung penyebarannya.

        Truk-truk penyemprot dan fumigator dikerahkan ke jalan-jalan, kereta bawah tanah dan layanan bus di Teheran juga secara rutin disemprot dengan desinfektan.

        Iran telah memerintahkan agar sekolah ditutup hingga hari Selasa dan memperpanjang libur universitas dan larangan konser atau kegiatan olahraga.

        Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki mengumumkan mulai Selasa besok (3/3/2020), pihaknya akan menurunkan 300.000 orang untuk melakukan pemeriksaan virus korona dari pintu ke pintu.

        Masyarakat juga dilarang mengunjungi pasien di rumah sakit nasional.

        "Tempat teraman adalah rumah kita," katanya.

        Namun kekhawatiran terus meningkat seperti terlihat saat warga membakar halaman sebuah klinik medis di kota Bandar Abbas.

        Media setempat melaporkan warga salah paham setelah mendengar kabar bahwa klinik tersebut menampung orang yang didiagnosis virus corona.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: