Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Minyak Sawit Sintesis by Riset Bill Gates?

        Minyak Sawit Sintesis by Riset Bill Gates? Kredit Foto: Reuters/Eric Vidal
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasar minyak sawit telah berkembang pesat dan diperkirakan bernilai hampir US$ 93 miliar pada tahun 2021. Ditambah, adanya fakta bahwa lebih dari 50% produk yang dikonsumsi masyarakat dunia mengandung minyak sawit di dalamnya.

        Meskipun kebutuhan minyak sawit global tinggi, sentimen negatif seperti deforestasi, kerusakan habitat hewan, dan peningkatan emisi gas rumah kaca masih terus membayangi industri minyak sawit global.

        Baca Juga: Lawan Kampanye Negatif Sawit, BPDPKS Sambangi Sekolah-Sekolah

        Breakthrough Energy Ventures, perusahaan yang dipimpin oleh Bill Gates, telah menyiapkan dana sebesar US$ 20 juta untuk mengembangkan riset terkait minyak sawit sintetis. Breakthrough Energy Ventures ini berisi sekelompok investor termasuk Jeff Bezos (pendiri Amazon.com Inc), Richard Branson (bos Virgin Group), dan Michael Bloomberg yang berkomitmen pada prinsip-prinsip energi terbarukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.?

        Dana investasi ini dialokasikan kepada C16 Biosciences sebagai perusahaan startup di New York yang bekerja dengan memanfaatkan mikroba untuk mengubah limbah makanan dan produk samping industri yang mengandung karbon ataupun gliserol menjadi minyak sawit sintetis. Teknologi ini memanfaatkan celah kekurangan dari minyak sawit terkait isu keberlanjutan dan lingkungan.

        Produk minyak sawit sintetis ini diklaim dapat menggantikan produk turunan dari tanaman kelapa sawit yang produksinya terbatas dengan harga yang tidak murah.

        C16 biosciences diperkirakan akan menghasilkan sekitar 10 kg minyak sawit sintetis setiap minggunya dan akan ditingkatkan hingga 1.000 kg/minggu. Hal ini memungkinkan terbukanya peluang bisnis besar, mulai dari industri kosmetik hingga industri makanan karena industri-industri tersebut berkesempatan untuk menggunakan bahan baku dengan harga yang lebih murah.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: