Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bertahan Menembus Badai Corona

        Bertahan Menembus Badai Corona Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Siapa yang menyangka bencana pandemik virus corona ini menjadi begitu hebat di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, yang notabene merupakan konsentrasi penduduk dan industri negara ini ??

        Pemerintah berusaha keras menghadapi yang menjadi lebih buruk akibat kebandelan masyarakat terhadap seruan 'jaga jarak' alias social distancing dan kebobrokan mental sekelompok orang yang memanfaatkan situasi sebagai ladang bisnis.

        Mulai dari sanitizer, hazmat (APD), masker, dan lain-lain, banyak dikuasai para opportunis miskin kemanusiaan memperpanjang rantai pasok, sehingga sekalipun untuk donasi, harus ditebus dengan harga tinggi. Jangan sebut ini sebagai 'weiji' alias peluang di balik bencana, lebih tepat disebut: kurang ajar.

        Baca Juga: Dikepung Corona, OJK: Stabilitas Jasa Keuangan Masih Terjaga

        Sementara sektor manufaktur harus berhadapan dengan sejumlah LSM yang mengobarkan semangat lockdown, pabrik harus tutup dan karyawan dibayar. Alamat bakal lengkap sudah syarat rontok ekonomi negeri ini dengan tunggangan-tunggangan yang tak masuk akal.

        Sektor ritel, UKM, pengusaha kuliner, juga bakal teriak tak lama lagi karena libur panjang ini.

        Lalu, di mana solusi rasional yang dapat diterima semua pihak? Ini bukan sekadar teori dan bikin kata-kata imbauan, motivasi, dan slogan. Lupakan sejenak kata-kata manis sloganis tersebut, pikirkan apa yang harus dilakukan?

        Saya sudah memberi saran ke rekan-rekan sektor manufaktur yang tetap harus berproduksi, apalagi ekspor.

        1. Sediakan koridor sanitasi di pintu keluar masuk karyawan, periksa suhu mereka dan sediakan ruang isolasi darurat bila ditemukan kelainan.

        2. Semprotkan sanitasi di ruang produksi.

        3. Atur jumlah, jam kerja, dan jarak karyawan.

        4. Berikan masker dan penyuluhan melalui pengeras suara, secara berkala.

        5. Berikan vitamin dan sediakan air minum hangat di pabrik.

        6. Atur transportasi mereka dan tersanitasi sebelum berjalan.

        Untuk pelaku kuliner yang terdampak tutupnya sejumlah tempat, saya sarankan:

        1. Pindahkan dapur ke rumah, bila ada garasi atau teras, produksilah dari rumah, ini model 'dapur online'.

        2. Buatlah menu-menu keluarga yang sehat dan sediakan layanan pesan online, tentunya harus mendaftar.

        3. Promosikan melalui WhatsApp, medsos, atau komunitas, yang kita ketahui.

        4. Siapkan kemasan yang menjamin kebersihan dan meyakinkan pemesan.

        5. Berikan sedikit 'bekal' untuk ojol yang membawa, mungkin sekadar air minum kemasan, sambil berpesan agar ikut mempromosikan.?

        Baca Juga: Imbas Corona, Transaksi E-Channel dan E-Banking BRI Melonjak

        Dari kedua contoh di atas kita dapat kembangkan terobosan-terobosan kreatif di sektor lainnya. Percayalah bahwa terkadang bencana memaksa kita berpikir ulang yang sesungguhnya the real rethinking, bukan seperti teori dan jargon-jargon.

        Kita mulai mencermati proses bisnis baru yang berbasis digital, kita rapat menggunakan sarana aplikasi teknologi, pemesanan dan pembayaran semua berbasis aplikasi digital. Dari sana kita juga mengkaji organisasi, struktur biaya, orientasi bisnis, sambil stay at home.

        Inilah tekanan disrupsi yang sesungguhnya, melebihi disrupsi ekonomi digital.

        Semoga badai segera berlalu dan dengan pengalaman ini kita kian piawai berstrategi serta siap menghadapi perubahan-perubahan selanjutnya.

        Banyak yang dapat dipelajari dan dilakukan dari rumah sambil berdoa. Kerja, belajar, dan ibadah di rumah, sementara waktu. Mari jaga Indonesia!

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: