Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perekonomian Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,3 persen atau dengan skenario terburuk akan terkontraksi hingga 0,4 persen. Hal ini terjadi karena imbas dari wabah virus corona atau Covid-19.
?BI, OJK, dan kami (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun ke 2,3 persen bahkan dalam skenario terburuk bisa terkontraksi 0,4 persen,? katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Menurut dia, wabah ini menyebabkan kegiatan ekonomi menurun serta menekan kegiatan lembaga keuangan. Bahkan, wabah ini juga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi jauh dari target APBN 2020 yakni 5,3 persen.
Baca Juga: Lawan Corona Jokowi Kucurkan Rp405 T, Demokrat Tanya: Sumber Uangnya Hutang atau Cetak Uang?
Baca Juga: Bonyok Ekonomi Jakarta Dipukul Corona, Anies Mau Kirim Bantuan Tunai ke Warga
?Kondisi ini menyebabkan penurunan pada kegiatan ekonomi dan menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan atau bahkan diberikan relaksasi untuk tidak dibayarkan,? ujarnya.
Karena itu, ia menjelaskan menurunnya kegiatan ekonomi ini membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun di level 3,22 persen untuk skenario berat dan 1,6 persen pada skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 mencapai 5 persen.
?Sektor rumah tangga kita perkirakan akan mengalami penurunan cukup besar dari sisi konsumsi karena mereka tidak lagi melakukan aktivitas di luar rumah,? katanya.
Sambungnya, untuk konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga diperkirakan terkontraksi 1,78 persen pada skenario berat dan minus 1,91 persen.
Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah hanya diperkirakan tumbuh 6,83 persen untuk skenario berat dan 3,73 persen skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 sebesar 4,3 persen.
?Konsumsi pemerintah dalam hal ini akan kita pertahankan oleh karena itu defisitnya meningkat,? ujarnya.
Selain itu, untuk investasi diprediksi akan merosot tajam dari target APBN 2020 sebesar 6 persen yakni diperkirakan hanya berada di level 1,12 persen pada skenario berat dan negatif hingga 4,22 persen untuk skenario terberat.
Kemudian, ekspor yang dalam APBN 2020 ditargetkan tumbuh 3,7 persen justru diproyeksikan turut mengalami kontraksi sangat dalam yaitu hingga 14 persen pada skenario berat dan 15,6 persen untuk skenario terberat.
?Ekspor yang kemarin sudah negative growth selama hampir satu tahun itu juga mengalami pertumbuhan yang lebih dalam lagi,? ujarnya, seperti dilansir Antara.
Impor juga diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif yaitu 14,5 persen untuk skenario berat dan hingga 16,65 persen pada skenario terberat dengan target dalam APBN 2020 sebesar 3,2 persen.
?Transmisi kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi lalu kemudian masalah ancaman stabilitas keuangan menjadi sangat nyata,? imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil