Brasil Jadi Pusat Transmisi Corona di Amerika Latin, Presidennya Malah Cuek-Bebek!
Brasil jadi salah satu pusat penyebaran COVID-19 di wilayah Amerika Latin. Sampai Kamis (2/4/2020), negara bagian itu telah mencatatkan 6.931 kasus infeksi dengan 244 kematian dan 127 pasien sembuh.
Yang perlu dicatat, Brasil mencatatkan 2 ribu kasus baru hanya dalam 6 hari, tepatnya pada 21-27 Maret. Data terbaru dari?Worldometers pun menunjukkan lonjakan kasus baru pada Selasa (31/3/2020) dan Rabu (1/4/2020).
Berdasarkan pantauan?Warta Ekonomi, Kamis (2/4/2020), ada 2.250 total kasus baru di Brasil dalam dua hari itu.
Baca Juga: Saudi Arabia VS Corona: Siap Siaga Hingga Jamin Perawatan Gratis Bagi Warga
Total kematian per hari akibat corona di Brasil pun terus meningkat sejak Rabu (18/3/2020) sampai kemarin. Lantas, apakah penyebab di balik lonjakan eksponensial kasus corona di Brasil? Wilayah mana saja yang terkena dampak parah? Bagaimana pemerintah setempat menanganinya?
Menghimpun berbagai sumber, berikut ini rangkuman mengenai kondisi Brasil di tengah wabah corona:
1. Pusat Penyebaran Corona di Brasil
Transmisi penyebaran di Brasil belum melambat, malah terus naik sejak pekan ketiga Maret sampai awal April. Bahkan, negara bagian itu jadi salah satu wilayah yang mengalami lonjakan kasus corona di Amerika Latin.
Perlu diketahui, otoritas lokal menyebut, angka kematian di wilayah tersebut telah meningkat 30% dari biasanya. Itu terjadi karena kehadiran wabah corona.
Menteri Kesehatan Brasil, Luiz Henrique Mandetta menyebut Kota Sao Paulo sebagai awal dari seluruh kasus corona yang melonjak di negara bagian itu.
Bahkan, Taman Makam Vila Formosa, Sao Paola disiapkan sebagai kuburan massal para jenazah korban COVID-19 (Corona Virus Disease-19).?
2. Wabah Corona akan Dibarengi Demam Berdarah dan Influenza
Pandemi corona di Brasil terjadi bersamaan dengan lebih dari 440 ribu dugaan kasus demam berdarah pada 2020, menurut Kementerian Kesehatan setempat. Angka prediksi itu hampir lebih besar 2 kali lipat daripada kasus pada 2019.
Sekadar informasi, tiap tahun Brasil juga mengalami penyakit influenza. Umumnya, 'badai' itu terjadi pada April. Artinya, bulan ini akan menjadi tantangan besar bagi para tenaga kesehatan Brasil.
3. Rumah Sakit Umum Memasuki Mode Krisis
Fasilitas kesehatan di Brasil berada dalam mode krisis karena rangkaian penyakit yang datang bersamaan pada awal tahun ini. Apalagi, Sistema Unico de Saude Brasil (SUS) menyediakan perawatan kesehatan universal gratis untuk semua warga negara, khususnya ratusan juta penduduk yang tak bisa membayar asuransi swasta.
Namun, SUS kini kehilangan pendanaan karena Presiden Brasil sebelumnya, Michel Temer, membekukan pengeluaran sosial selama 20 tahun.
"Tantangan terbesar adalah menangani lonjakan kasus corona bersamaan dengan masalah-masalah lama dalam sistem yang sudah terlalu terbebani karena penggundulan progresif," jelas Ahli Epidemiologi dan Peneliti di Universitas Negeri UERJ, Gulnar Azevedo e Silva, dilansir dari?DW.
Sudah begitu, tenaga kesehatan dihadapkan oleh krisis APD (alat pelindung diri) di tahap awal wabah. RS pemerintah bahkan mesti meminjam tempat tidur dari unit perawatan intensif RS swasta untuk memenuhi kebutuhan.
Untuk mengatasi krisis, RS darurat pun didirikan. Salah satunya, di Stadion Rio de Janeiro, Sao Paolo, Brasil. RS darurat yang dibangun di lapangan yang dipakai saat Olimpiade Rio itu memuat 200 tempat tidur.
SUS memerlukan tambahan dana senilai US$1,92 miliar (sekitar Rp31,7 triliun). "(Dana itu) penting untuk menjamin isolasi sosial saat ini, karena dengan begitu akan lebih sedikit kasus yang memerlukan perawatan di RS," ujar Menteri Pertahanan Brasil, Azevedo e Silva.
4. Presiden Brasil Meremehkan Corona
Yang paling parah, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro masih terus merendahkan pandemi yang sedang terjadi. Ia menuding angka kasus infeksi dan kematian akibat corona dibesar-besarkan oleh media.
Bahkan, ia menentang kebijakan karantina dan pembatasan jarak fisik yang diinisiasi oleh menkes dan gubernur negara bagian. Yang lebih parah, ia tak setuju dengan pedoman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) demi melawan corona.
Peneliti dari Yayasan Getulio Vargas, Marco Antonia Teixeira mengatakan, "Balsonaro (menggelar kampanye di tengah wabah) sebagai upaya menarik simpati dari para penduduk yang kehilangan pekerjaan karena corona. Artinya, ia mempertaruhkan kehidupan orang lain."
Karena tindakan Bolsonaro, banyak pihak aliran kiri yang meminta ia untuk turun dari tahta presiden.
Gubernur Sao Paulo, Joao Doria menyatakan kondisi darurat publik dimulai sejak Sabtu (21/3/2020). Seluruh taman dan layanan publik yang tak dibutuhkan akan ditutup sampai akhir April.
"Kami melakukan langkah penting yang tak dilakukan oleh presiden," kata Doria. Ia juga menyebut, setiap langkah yang diambil oleh presidennya justru tak membantu sama sekali, dikutip dari?Aljazeera.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: