Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Panic Buying?

        Apa Itu Panic Buying? Kredit Foto: Instagram/jktinfo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Panic buying adalah sebuah situasi di mana banyak orang tiba-tiba membeli makanan, bahan bakar, dll sebanyak mungkin karena mereka khawatir akan sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi.

        Serta jenis perilaku yang ditandai dengan peningkatan cepat dalam volume pembelian, biasanya menyebabkan harga suatu barang atau keamanan meningkat.

        Panic buying dapat terjadi ketika konsumen membeli sejumlah besar produk untuk mengantisipasi, atau setelah bencana atau untuk mengantisipasi kenaikan atau kekurangan harga yang besar. Panic buying sering dikaitkan dengan keserakahan dapat dikontraskan dengan panic selling yang dikaitkan dengan ketakutan.

        Baca Juga: Jangan Gegabah, Panic Buying Bisa Bikin Makanan Terbuang Sia-Sia

        Dilansir dari Investopedia di Jakarta, Senin (13/4/2020) dari perspektif makro, panic buying mengurangi penawaran dan menciptakan permintaan yang lebih tinggi, yang mengarah ke inflasi harga yang lebih tinggi.

        Pada tingkat mikro (seperti di pasar investasi), fear of missing out (FOMO) atau rasa takut ketinggalan serta pembelian yang dipicu oleh tekanan dapat memperburuk panaic buying.

        Umumnya panic buying terjadi karena peningkatan permintaan yang menyebabkan kenaikan harga. Sebaliknya, panic selling memiliki dampak sebaliknya yang mengakibatkan peningkatan pasokan dan harga yang lebih rendah.

        Panic buying dan panic selling dalam skala besar dapat memiliki dampak dramatis yang mengarah pada perubahan pasar dalam berbagai skenario.

        Sebagaimana diketahui, tak sedikit masyarakat yang melakukan panic buying terkait mewabahnya virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.

        Tak hanya di Indonesia, warga luar negeri pun melakukan panic buying salah satunya dengan memborong tisu toilet.

        Akibat dari ketakutan akan virus corona, masyarakat jadi ramai-ramai memborong sembako, masker, cairan pembersih tangan atau hand sanitizer, sabun, bahkan sampai alat pengukur suhu tubuh. Di sejumlah minimarket dan supermarket besar di Ibu Kota salah satunya, barang-barang kebutuhan pokok kosong melompong.

        Ludes diborong, seperti beras, telur minyak goreng, gula pasir, mi instan, dan makanan lainnya. Begitupun dengan alat-alat kesehatan.

        Hal ini karena masyarakat takut tak kebagian stok bahan makanan bila pemerintah sampai menerapkan lockdown (karantina aktivitas publik), meski pada akhirnya yang dipilih adalah kebijakan dirumahaja, seperti, belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: