Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cerita Perawat Imigran Asal Selandia Baru yang Selalu Dampingi Boris Johnson

        Cerita Perawat Imigran Asal Selandia Baru yang Selalu Dampingi Boris Johnson Kredit Foto: (Foto: Reuters)
        Warta Ekonomi, London -

        Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dinyatakan sembuh dari infeksi virus Covid-19 dan telah keluar dari Rumah Sakit St. Thomas. Johnson mengaku telah berutang nyawa kepada seluruh staf medis di rumah sakit, terutama bagi dua perawat, yakni Jenny McGee dan Luis Pitarma yang selalu mendampinginya.

        Orang tua Jenny mengatakan kepada Televisi Selandia Baru bahwa mereka sangat bangga dengan segala upaya yang dilakukan putrinya ketika merawat Johnson di rumah sakit. Mereka mengetahui bahwa putrinya merawat pemimpin Inggris dari berita di televisi.

        Baca Juga: Sempat Mengkhawatirkan, Boris Johnson Sukses Sembuh dan Ingatkan Inggris Agar...

        "Putri kami sangat profesional, dia tidak memberi tahu kami sampai Johnson keluar dari rumah sakit. Dia bilang baru saja mengalami sebuah kejadian yang paling nyata dalam hidupnya dan tidak akan pernah dia lupakan, bahwa dia telah merawat Boris," ujar ibunda Jenny, Caroline kepada TVNZ.

        Caroline menambahkan, putrinya memiliki dedikasi tinggi dalam melakukan pekerjaannya sebagai perawat. Dia tidak pernah membeda-bedakan pasien dan selalu bekerja dengan profesional. Bahkan, putrinya rela tidak tidur selama 12 jam untuk memastikan pasien yang dia rawat tetap hidup.

        Jenny berasal dari Invercargill, di South Island, Selandia Baru. Walikota Invercargill, Sir Tim Shadbolt mengaku bangga bahwa ada perawat dari kotanya yang telah membantu menyelamatkan nyawa perdana menteri Inggris. Sementara itu, Verdon College tempat Jenny mengenyam pendidikan memuji profesionalitas dan kegigihannya selama merawat Johnson.

        "Jenny digambarkan sebagai orang yang menyenangkan dan seseorang yang memiliki sifat peduli dan rendah hati. Dia ingin menjadi perawat sejak lulus sekolah pada tahun 2002," ujar pernyataan Verdon College.

        Sementara itu, perawat kedua yang disebut oleh Johnson adalah Luis Pitrma. Menurut laporan Expresso, Pitarma berasal dari Aveiro, Portugal dan pindah ke London sekitar enam tahun lalu. Dia mengambil kuliah jurusan keperawatan di Lisbon.

        Pitarma pertama kali bekerja di Luton and Dunstable University Hospital selama dua tahun sebelum dipindahkan ke St. Thomas. Presiden Portugal, Marcelo Rebelo de Sousa secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada Pitarma atas jasanya dalam merawat perdana menteri Inggris dengan sepenuh hati.

        "Ini merupakan komitmen semua profesional kesehatan Portugis yang ada di Portugal dan di seluruh dunia dalam memberikan bantuan untuk memerangi pandemi," ujar de Sousa, dilansir BBC.

        Johnson dibawa ke Rumah Sakit St Thomas pada 5 April karena menderita demam tinggi dan batuk secara terus menerus, akibat infeksi virus korona tipe baru atau Covid-19. Dia dipindahkan ke ruang perawatan intensif pada 6 April hingga 9 April. Johnson kemudian berada di kamar perawatan untuk pemulihan hingga akhirnya dibolehkan pulang.

        Sebelumnya, Johnson menyatakan bahwa dia berutang nyawa kepada tim medis yang merawatnya.  Hal ini diutarakan setelah dia keluar dari ruang perawatan intensif, karena infeksi Covid-19.

        "Rasa terima kasih saja tidak cukup. Saya berutang nyawa kepada mereka," ujar Johnson.

        Awalnya Johnson tidak menyebutkan nama kedua perawat yang telah mendampinginya selama di rumah sakit. Namun, pada akhirnya dia menyebutkan kedua nama perawat yang telah berjasa dalam menyelamatkan nyawanya.

         "Saya harap mereka tidak akan keberatan jika saya menyebutkan secara khusus dua perawat yang berdiri di samping tempat tidur saya selama 48 jam. Mereka adalah Jenny dari Selandia Baru dan Luis dari Portugal. saya mendapatkan oksigen yang cukup karena setiap detik pada malam hari mereka mengawasi saya," ujar Johnson.

        Sekitar 13,1 persen dari 153.000 staf medis di Layanan Kesehatan Nasional (NHS) bukan warga negara Inggris. Kewarganegaraan yang paling banyak adalah India dengan jumlah 21.000 diikuti oleh Filipina, Irlandia, Polandia, dan Portugis.

        Pada Minggu lalu, Menteri Kesehatan Matt Hancock memberikan penghormatan kepada seluruh staf medis yang tergabung dalam NHS dari seluruh dunia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: